Menyoal Adegan Menyilet Kemaluan Jenderal hingga DN Aidit Merokok di Film G30S PKI

- 30 September 2020, 13:38 WIB
Film Pengkhianatan G30S PKI di TV One akan tayang Malam Ini.
Film Pengkhianatan G30S PKI di TV One akan tayang Malam Ini. /Zonapriangan.com/Dok. Perum Produksi Film Negara

Saya harus sepakat, walau berupa pesanan, film Pengkhianatan G30S/PKI bukan karya murahan. Film ini memiliki dramatulugi yang terstruktur yang merupakan penggabungan dokumenter dan teatrikal. Juga ada estetika tinggi serta didukung pemeran bagus. Ini sebuah karya kreatif dari proses panjang, di mana kreator ingin menyampaikan pesan itu.  Terlepas isi film itu akurat atau tidak. 

Sebagai pengagum Bung Karno tentu saya tidak rela, beliau dipersepsikan mengetahui gerakan penculikan para jenderal ini.  Bahkan adegan Bung Karno menepuk-nepuk pundak Brigjen Soepardjo di Pangkalan Udara Halim, sangat tendensius, seolah mengarahkan Bung Karno memberi restu.

Sebagai tambahan, Bambang Wijanarko diperiksa setelah Bung Karno wafat sehingga tak bisa dikonfrontir oleh pelaku. Sejarah mencatat dari sekian banyak ajudan dan perwira militer yang dekat dengan Bung Karno, hanya Bambang Wijanarko yang tidak dipenjara rezim Soeharto. Ajudan Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP)  Mangil ditahan selama 3,5 tahun.  Maulwi Saelan harus mendekam selama 5 tahun karena menolak menandatangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Teperpu yang dianggap memojokkan Bung Karno. 

Hitler dan menteri propagandanya, Joseph Goebbels, percaya bahwa film adalah alat vital untuk mencetak opini publik. Nazi mendirikan sebuah departemen film pada 1930 dan Goebbels memproduksi banyak film untuk mempromosikan filosofi dan agenda Nazi. Secara terbuka Goebbels mengatakan peran bioskop Jerman untuk melayani garda depan militer Nazi. 

Baca Juga: Spanduk 'Warga Muhammadiyah Tolak Dipimpin PKI Perjuangan' Dilaporkan Polisi

Salah satu contoh filmnya adalah Der Ewige Jude (Eternal Jew) yang diproduksi pada 1940, tentang perbedaan sifat dan kebiasaan antara ras Yahudi dan ras Aria. Bagaimana stereotip bangsa Yahudi yang berorientasi kepada uang, tak peduli dengan cara mendapatkan uang atau harta. Berbeda dengan bangsa Aria yang pekerja keras untuk menciptakan barang-barang pabrik dan inovasi untuk peradaban. Digambarkan dalam film dokumenter tersebut bahwa orang Yahudi adalah penjahat, tidak memiliki jiwa.

Tujuan Goebbels adalah menciptakan sebuah film yang akan berfungsi sebagai penggambaran sifat parasit dari orang-orang Yahudi dan kelak jadi pembenaran untuk genosida—tindakan pemusnahan terhadap ras Yahudi. Membunuh bangsa Yahudi bukanlah sebuah kejahatan, tapi sebuah kebutuhan—seperti membunuh tikus, sebagai keharusan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan.

Ashadi Siregar, pernah menulis bahwa Arifin C. Noer menyediakan celah untuk mengintip kebenaran, walau kebenaran itu harus dilihat melalui cara mencari wacana yang tersembunyi.

Selama ini kekejaman dan tindakan sadisme selalu dinarasikan sebagai tindakan PKI. Namun dalam visual, sama sekali tidak ada pertalian dengan PKI. Bahkan dalam dialog dan adegan persiapan penculikan para jenderal justru dilakukan oleh sejumlah militer. 

Bagi penonton yang tidak akrab dengan sejarah militer Indonesia, tentu hanya melihat gerakan tentara sendiri, yang dimulai dari persiapan penculikan, di mana tentara menerima dan meneliti beberapa foto jenderal yang diculik. Coba lihat adegan penculikan dilakukan oleh tentara, bukan oleh PKI. Suara terompet yang biasa terdengar di barak, suara derap sepatu semuanya mengindikasikan militer. Begitu juga adegan penyiksaan di sumur Lubang Buaya, digambarkan pelakunya adalah militer atau para-militer.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Rappler


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah