Tanggulangi Stunting, Sekda Kota Bogor Ajak Pelaku Usaha Berkolaborasi

- 24 Januari 2024, 08:18 WIB
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengajak pelaku usaha di Kota Bogor untuk bersatu dalam upaya menurunkan angka stunting.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengajak pelaku usaha di Kota Bogor untuk bersatu dalam upaya menurunkan angka stunting. /Foto/Ist
 

ISU BOGOR - Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor, Syarifah Sofiah mengajak pelaku usaha di Kota Bogor untuk bersatu dalam upaya menurunkan angka stunting. Dalam sebuah acara di Auditorium Gedung Perpustakaan dan Galeri Kota Bogor pada Selasa 23 Januari 2024, Syarifah menegaskan bahwa penanganan stunting membutuhkan kolaborasi yang berkesinambungan, melibatkan berbagai pihak, karena pemerintah tidak dapat mengatasi masalah ini sendirian.

Program "Penting Lur" (Pemerintah Kota Bogor, Peduli Stunting Melalui Telur), yang melibatkan Aparatur Sipil Negara (ASN) Kota Bogor dengan memberikan protein telur secara konsisten kepada anak stunting dan yang berisiko stunting, telah memberikan dampak yang signifikan. Meskipun begitu, hanya setengah dari jumlah keseluruhan yang dapat ditangani oleh pemerintah, sehingga kolaborasi dengan pelaku usaha dan pihak lainnya menjadi kunci.

Lebih dari 20 ribu keluarga di Kota Bogor memiliki risiko stunting, termasuk calon pengantin, anak di bawah dua tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui. "Pemerintah tidak bisa sendiri. Ke depan, penanganannya bukan hanya sekali, melainkan dalam kurun waktu 3 hingga 6 bulan dengan berkolaborasi bersama para pelaku usaha yang terdekat," ungkap Syarifah.
 

Dengan usaha bersama ini, Syarifah berharap penderita stunting di Kota Bogor sembuh, dan keluarga dengan risiko stunting tidak bertambah. Stunting terjadi pada 1.000 hari pertama kelahiran, dan jika tidak ditangani, pertumbuhan, imunitas tubuh, dan perkembangan otak anak terganggu, serta IQ-nya tidak berkembang.

Syarifah menekankan bahwa kolaborasi dan penanganan yang tepat sangat penting. "Kita harus berpacu dan berkolaborasi untuk menanganinya. Jika melihat jumlah yang demikian banyak, jika tidak tertangani dengan benar, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) anak Indonesia akan sulit bersaing saat mencapai tahun emas 2045," tambahnya.

Menyoroti isu lingkungan, Syarifah mengungkapkan bahwa di Kota Bogor masih terdapat 30 ribu keluarga yang belum memiliki akses sanitasi (ODF). Dukungan akselerasi percepatan penurunan stunting juga melibatkan penanganan 20 ribu keluarga ini. Selain itu, sekitar 70 persen penyakit yang diderita oleh masyarakat Kota Bogor berkaitan dengan lingkungan.
 

Rudy Mashudi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Inovasi Daerah (Bapperida) Kota Bogor, menambahkan data terkait survei status gizi Indonesia tahun 2022. Angka stunting di Kota Bogor mencapai 18,7 persen, sementara tingkat provinsi dan nasional adalah 20,2 persen dan 21,6 persen. Rudy optimis bahwa dengan kekuatan dan kolaborasi pentahelix, target penurunan stunting sebesar 9,9 persen di Kota Bogor pada tahun 2024 dapat dicapai bersama-sama.

Dalam acara tersebut, GM Swiss Bell In Hotel, Yuni Manika, dan Siti Nurlaela dari Perempuan Indonesia Maju Bogor Raya, menyampaikan praktik dan intervensi penurunan stunting yang telah mereka kontribusikan.

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x