"Jadi sudah sedikit lagi normal, oleh karena itu harus ada atensi khusus disini, kalau tidak ini bisa jadi klaster penularan Covid-19, berbahaya sekali. Kota Bogor kita lihat justru sebagian besar penyumbang kasus positif dari luar kota," ucapnya.
Sebabnya, lanjut Bima pemerintah Kota Bogor terus melakukan upaya yang pertama pengaturan sistem antrean dengan bekerjasama dengan PT KCI dan PT KAI. Sistem antrian di dalam ini sudah tertib. Lalu mengupayakan armada bus, karena bagaimanapun harus tetap diurai.
"Saya berkomunikasi terus dengan Pemerintah Jakarta bagaimana caranya agar bis ini bertambah karena paling tidak sampai akhir tahun lah. Karena beberapa bulan ini kita perlu bantuan Armada bis ini. Saya tadi pagi sudah berkomunikasi lagi dengan pak gubernur Jakarta mudah-mudahan jalan sehingga Armada bis jadi opsi juga di sini," ucapnya.
Baca Juga: 171 Ribu Warga Bogor Belum Kebagian Bansos, Bupati Ade Yasin Ngadu ke Mensos
Ketiga, pihaknya masih meminta agar sistem shift kerja di evaluasi total. Menurut informasi di Jakarta shiftnya sebetulnya sudah bekerja. Tetapi berangkatnya masih beririsan pagi-pagi.
"Jadi mungkin shift kerjanya juga harus diatur rentannya yang cukup jauh tidak terlalu dekat," ungkapnya.
Yang keempat adalah, strategi dengan menggencarkan swab test masal sehingga kita tahu kerentanannya seperti apa di stasiun ini.
Baca Juga: Hewan Kurban dari Luar Bogor Wajib Punya Surat Sehat
Sebelumnya, Pemprov Jabar melakukan Rapid test kepada 500 penumpang kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Besar Bogor. Hasilnya, dari ratusan sampel tes cepat yang diambil, delapan penumpang dinyatakan reaktif Covid-19.
Hal itu dikatakan Wali Kota Bogor Bima Arya, setelah menerima laporan hasil tes acak yang dilakukan Jumat 26 Juni 2020.