ISU BOGOR – Pemberlakuan sistem ganjil genap di Kota Bogor dianggap berhasil menurunkan perpindahan orang dari luar ke dalam kota dan kerumunan. Sistem ganjil genap pun layak diadopsi kota lain untuk menurunkan kasus Covid-19.
Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna, menilai memang ada korelasinya antara semakin banyaknya aktivitas pertukaran orang atau komuter dari berbagai tempat dengan penyebaran kasus Covid-19.
“Penyebaran virus ini karena perpindahan atau aktivitas orang, sehingga betul yang dicegah adalah aktivitas orangnya,” kata Yayat, Sabtu 27 Februari 2021.
Baca Juga: Gelapkan Dana Desa Rp900 Juta, Mantan Kades di Bogor Akan Dibui 20 Tahun
Baca Juga: Tol Bocimi Seksi 2 Cigombong Cibadak Beroperasi Agustus 2021
Yang menarik, lanjut Yayat, model penerapan ganjil genap dalam konteks penerapan protokol kesehatan ini adalah pertama di Indonesia. Ketika Kota Bogor berani melakukan inisiatif, sementara Jakarta masih semi-semi lockdown, sementara Semarang, Jateng baru dalam konteks di rumah saja.
Artinya, kata Yayat, transportasi itu bisa menjadi model dalam pengendalian aktivitas masyarakat. Transportasi itu hanya alat, tujuannya adalah peningkatan kualitas hidup. Mengapa ini diberlakukan? karena situasi dan kondisi yang sudah sangat parah.
“Jika kondisi rumah sakit sudah penuh, Covid terus bertambah parah, tenaga kesehatan sudah semakin lelah dan lain sebagainya, ini satu-satunya cara untuk mendidik masyarakat. Jadi model yang dilakukan Kota Bogor adalah pioner,” bebernya.
Baca Juga: Kerumunan Sambut Jokowi di NTT, Pakar Hukum Tata Negara: Bisa Dikenakan Pasal Seperti Rizieq Shihab