ISU BOGOR - Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita yang mengundurkan diri pada hari Selasa, 18 Agustus 2020 dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah tentara memberontak menahannya dengan todongan senjata, di situasi negara yang menghadapi pemberontakan jihadis dan protes massa besar-besaran masuk ke dalam krisis yang parah.
Dikutip isubogor.com dari Reuters pada Kamis, 20 Agustus 2020, terlihat lelah dan memakai masker bedah, Keita mengundurkan diri dalam pidato singkat yang disiarkan di televisi pemerintah setelah pasukan menangkapnya bersama Perdana Menteri Boubou Cisse dan pejabat tinggi lainnya.
"Jika hari ini, elemen tertentu dari angkatan bersenjata kita ingin ini diakhiri melalui intervensi mereka, apakah saya benar-benar punya pilihan?" katanya dari pangkalan militer di Kati di luar ibu kota Bamako tempat dia ditahan pada hari sebelumnya.
Baca Juga: Michelle Obama Sebut Amerika Salah Memilih Trump Sebagai Presiden
Tidak segera jelas siapa yang memimpin pemberontakan, siapa yang akan memerintah tanpa kehadiran Keita atau apa yang diinginkan para pemberontak.
Gambar yang diposting sebelumnya di media sosial yang dikatakan diambil di garnisun Kati menunjukkan Keita dan Cisse dikelilingi oleh tentara bersenjata.
Reuters tidak dapat memverifikasi keaslian video tersebut. Mali telah menyaksikan protes berbulan-bulan terhadap dugaan korupsi dan memburuknya keamanan di negara Afrika Barat tempat militan Islam aktif, dan ada seruan agar Keita mundur.
Dibalik itu, Juru bicara Nouhoum Togo mengatakan kepada Reuters bahwa itu 'bukan kudeta militer tetapi pemberontakan populer'. Koalisi M5-RFP di belakang protes mengisyaratkan dukungan untuk tindakan pemberontak.
Baca Juga: Serang Donald Trump, Ini Pidato Lengkap Michelle Obama di Konvensi Nasional Partai Demokrat