Konflik AS dan Tiongkok di Laut China Selatan Memanas, Militer Indonesia Diminta Bersiap

- 4 Agustus 2020, 23:05 WIB
Kapal perang Amerika Serikat (AS) USS BonHomme-Richard Lhd 6.
Kapal perang Amerika Serikat (AS) USS BonHomme-Richard Lhd 6. //ANTARA/Pande Yudha/wdy/15

 

ISU BOGOR - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Syarief Hasan meminta Indonesia mengantisipasi terjadinya perang terbuka di laut China Selatan, menyusul kian memanasnya Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Menurutnya, jika pertikaian kedua negara tersebut berujung pada perang terbuka di Laut China selatan tentunya sejumlah negara Asia Tenggara, salah satunya Indonesia, akan kena dampaknya. Maka dari itu, politisi Partai Demokrat ini meminta pemerintah Indonesia harus mulai bersiap siaga

Namun kesiapsiagaan Indonesia menyikapi segala kemungkinan perlu dilakukan, termasuk meningkatkan kesiapsiagaan di Laut Natuna Utara. "Indonesia tidak menginginkan terjadi adanya perang terbuka di Laut China Selatan karena seluruh negara Asia Tenggara akan merasakan dampaknya, termasuk Indonesia. Sehingga, untuk itu perlu perhatian khusus dalam membangun kekuatan militer untuk meminimalisir bahkan mencegah terjadi perang terbuka," kata Syarief Hasan dalam keterangan pers tertulis di Jakarta, Senin 3 Agustus 2020.

Baca Juga: Belajar Online di Masa Pandemi, Puluhan Siswa Ini Rela Setiap Hari Mendaki Gunung Demi Internet

Konflik Laut China Selatan diakibatkan oleh perseteruan antara dua negara besar yakni Tiongkok dan Amerika Serikat. Tiongkok yang membuat klaim sepihak terhadap Laut China Selatan berdasarkan nine dash line menyebabkan Amerika Serikat turut ikut campur.

Menurut Syarief Hasan, kondisi ini juga mungkin berpotensi menjadi perang terbuka di Laut China Selatan. Anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan ini menegaskan agar pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap Natuna Utara.

Menurutnya, militer di Natuna Utara secara khusus dan Indonesia secara umum harus ditingkatkan untuk mempertahankan wilayah Indonesia jika ada gangguan atau melewati atau masuk wilayah Indonesia saat sewaktu-waktu terjadi perang terbuka. “Pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap Natuna Utara,” paparnya dikutip IsuBogor.com dari Pikiran-Rakyat.com, kemarin.

Baca Juga: UPDATE: PSBB Pra AKB Diperpanjang Hingga 3 September, Kasus Positif Covid-19 di Kota Bogor Bertambah

Menurutnya, potensi perang terbuka memang semakin terlihat ketika Amerika Serikat mengirim dua kapal induknya, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan ke Laut China Selatan untuk menjalani latihan tempur. Tak cuma dua kapal induk, Angkatan Laut Amerika Serikat juga mengerahkan dua kapal penjelajah dan dua kapal perusak dalam latihan yang digelar pada 23 Juli 2020.

Tak hanya itu, China juga mulai melakukan latihan militer dua hari setelah latihan gabungan Amerika Serikat, Australia, dan Jepang selesai digelar. China yang sejak awal membangun pangkalan militer di pulau buatan di Laut China Selatan mengirimkan dua pesawat pembomnya untuk menggertak Amerika Serikat dan Australia.

Berita ini telah tayang di pikiran-rakyat.com dengan judul artikel "Perang Terbuka di Laut China Selatan Bisa Meletus, Indonesia Diminta Siap Siaga dan Perkuat Militer" pada Selasa 4 Agustus 2020.

Syarief juga meminta pemerintah Indonesia harus membangun kekuatan militer sebagai memberikan rasa aman, dan menguatkan pertahanan Indonesia terutama di perbatasan. Meski demikian, ia menilai Indonesia harus mengedepankan diplomasi untuk menghindari potensi terjadi, terutama di Laut China Selatan yang berbatasan dengan Perairan Natuna Utara.

“Pemerintah harus mengambil pembelajaran diplomasi ala SBY dengan semangat million friends and zero enemy. Akan tetapi, jika memang terpaksa ada perang terbuka, maka Indonesia juga harus memperkuat militernya untuk melindungi wilayah Indonesia dari dampak perang," ujar Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini.***(Abdul Muhaemin/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x