Media Yaman: Pasukan Agresi Lakukan 163 Pelanggaran Gencatan Senjata dalam Waktu 24 Jam

- 17 Agustus 2022, 11:00 WIB
Sejumlah warga duduk di bawah poster yang menampilkan wajah dari pemimpin kubu Houthi di Sanaa, Yaman, pada 7 April 2022.
Sejumlah warga duduk di bawah poster yang menampilkan wajah dari pemimpin kubu Houthi di Sanaa, Yaman, pada 7 April 2022. /Reuters/Khaled Abdullah
 
ISU BOGOR - Media Yaman ramai memberitakan soal pasukan agresi dan tentara bayaran melakukan 163 pelanggaran gencatan senjata selama 24 jam terakhir.

Hal tersebut disampaikan Media Yaman Saba yang mengutip pernyataan seorang pejabat militer Yaman, Selasa 16 Agustus 2022.

"Pejabat tersebut menyatakan bahwa pelanggaran agresi termasuk 37 penerbangan pesawat tempur pengintai bersenjata dan mata-mata di atas provinsi Marib, Taiz, Hajjah, Jawf, Sa'ada, Dhalea dan Hodeida, dan front perbatasan," tulis kantor berita Saba yang dikutip Rabu 17 Agustus 2022.

Menurut pejabat militer Yaman itu, pelanggaran terus dilakukan tanpa henti. Sehingga hal itu menegaskan kurangnya kredibilitas negara-negara koalisi agresi untuk menghormati gencatan senjata diragukan.

Baca Juga: Di Tengah Perang Rusia Ukraina, Muncul Kabar AS dan Inggris Bombardir Ibu Kota Yaman

Sementara itu, utusan utama PBB untuk Yaman, pada Senin 15 Agustus 2022, mengatakan bahwa dia mengintensifkan upaya mencapai gencatan senjata yang diperluas antara pihak-pihak yang bertikai.

Sehingga gencatan senjata itu diharapkan akan mengarah pada dimulainya pembicaraan tentang gencatan senjata dan persiapan untuk melanjutkan proses politik yang dipimpin Yaman.

"Kesepakatan oleh pemerintah yang diakui secara internasional dan pemberontak Houthi pada 2 Agustus untuk perpanjangan dua bulan gencatan senjata melanjutkan jeda terpanjang dalam pertempuran sejak perang saudara Yaman dimulai pada 2014. Gencatan senjata dimulai 2 April lalu," ungkap utusan PBB Hans Grundberg.

Sebagai informasi, perang saudara di Yaman meletus pada 2014, ketika Houthi turun dari kantong mereka di utara dan mengambil alih ibu kota. Ini memaksa pemerintah melarikan diri ke selatan dan kemudian ke Arab Saudi.

Baca Juga: King Salman Relief Kerjasama dengan WHO Gelontorkan Rp215 Miliar untuk Kesehatan Yaman

Koalisi yang dipimpin Saudi, kala itu didukung oleh Amerika, kemudian memasuki perang pada awal 2015 untuk mencoba memulihkan pemerintah ke tampuk kekuasaan.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x