Misteri Buaya Bertanduk Punah Terpecahkan Setelah 150 Tahun

- 30 April 2021, 16:03 WIB
Tengkorak buaya bertanduk punah dari Madagaskar (Voay robustus), yang merupakan bagian dari koleksi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika.
Tengkorak buaya bertanduk punah dari Madagaskar (Voay robustus), yang merupakan bagian dari koleksi paleontologi Museum Sejarah Alam Amerika. /M. Ellison / AMNH

Selain itu, spesies buaya sangat mirip secara fisik, terutama pada tengkoraknya, yang secara historis digunakan para ilmuwan untuk mengklasifikasikannya.

Tetapi variasi tengkorak antar individu dalam spesies yang sama bisa jadi tinggi, yang seringkali membuat mereka tampak seperti dari spesies lain.

"Bentuk kepala buaya bervariasi secara dramatis dengan usia, jenis kelamin dan bahkan makanan," kata Hekkala. "Jadi tengkorak buaya tua yang besar mungkin terlihat sangat berbeda."

Ketika buaya bertanduk awalnya ditemukan, para ilmuwan mengklasifikasikannya sebagai buaya sejati - subfamili yang mengandung buaya Nil dan buaya modern lainnya seperti buaya Amerika ( Crocodylus acutus ) dan buaya air asin ( Crocodylus porosus ) - dan diberi nama Crocodylus robustus .

Hekkala mengaku kebingungan ini diperbesar pada tahun 1910 ketika ilustrasi populer tentang bagaimana rupa buaya bertanduk dirilis dalam sebuah artikel ilmiah.

Sayangnya, gambar itu sebenarnya menggambarkan buaya Nil zaman modern, tetapi itu membantu memperkuat teori bahwa buaya bertanduk adalah buaya sejati. Beberapa bahkan berpendapat bahwa buaya bertanduk mungkin saja nenek moyang buaya Nil.

Ini tetap menjadi konsensus umum hingga 2007 ketika para peneliti menganalisis tengkorak fosil buaya bertanduk untuk mengungkapkan perbedaan fisiologis yang signifikan dibandingkan dengan buaya Nil.

Setelah wahyu ini, buaya bertanduk dimasukkan ke dalam subfamili baru yang disebut buaya kerdil - buaya yang lebih kecil dengan tengkorak pendek dan kokoh yang menyimpang dari buaya sejati jutaan tahun yang lalu.

Buaya bertanduk tersebut juga diberi nama genus baru yaitu Voay yang berarti “buaya” dalam bahasa Malagasi.

Dalam studi baru, para peneliti AMNH malah menganalisis bukti DNA untuk menentukan kelompok mana yang sebenarnya dari buaya bertanduk itu.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x