ISU BOGOR - Unsur paling meledak dari wawancara Sussex yang sangat dinanti-nantikan dengan Oprah Winfrey adalah klaim bahwa seseorang dalam keluarga kerajaan Inggris memiliki "kekhawatiran" tentang seberapa gelap kulit putra pasangan itu, Archie.
Sementara Winfrey kemudian mengklarifikasi baik Ratu maupun Duke of Edinburgh berada di balik pernyataan itu, Meghan juga menyarankan putra mereka ditolak gelar pangeran karena ras campurannya.
Hal tersebut disampaikan Pakar Sejarah CQUniversity Australia Benjamin T. Jones. Menurutnya wawancara di Oprah Winfrey itu menunjukkan masalah rasisme yang lebih besar di monarki Inggris, baik kontemporer maupun historis.
Baca Juga: Pangeran Harry Kritik Ayahnya Tak Mau Terima Telepon Usai Umumkan ke Publik
"Ketika pasangan itu mulai berkencan, beberapa berharap itu akan mengantarkan periode pembaruan kerajaan. Meghan, yang memiliki ibu keturunan Afrika-Amerika dan ayah berkulit putih, ditampilkan sebagai simbol monarki modern dan inklusif," ungkapnya dalam laman The Conversation yang dilansir pada Selasa 9 Maret 2021.
Harapan ini berangsur-angsur pupus dengan liputan media yang terus-menerus negatif, termasuk perbandingan yang tidak menguntungkan dengan saudara ipar Meghan, Kate Middleton, Duchess of Cambridge.
Meghan mengungkapkan kepada Winfrey bahwa tekanan untuk melakukan tugas resmi dalam menghadapi kritik yang memuncak menyebabkan depresi dan pikiran untuk bunuh diri. Pasangan itu menyesalkan kurangnya dukungan yang mereka terima dari keluarga kerajaan.
Ini adalah kisah tragis pada tingkat individu tetapi juga menunjuk pada sejarah rasisme struktural di dalam monarki. Harry mencatat bahwa serangan pers terhadap istrinya memiliki "nada kolonial", yang ditolak oleh keluarga kerajaan. Ini adalah bagian dari sejarah kolonialisme dan rasisme yang lebih panjang di mana Windsors terlibat.