Putin Sempat Ancam Inggris: Saya Bisa Tenggelamkan Kapal Anda Tanpa Perang Dunia

14 Maret 2022, 17:36 WIB
Putin Sempat Ancam Inggris: Saya Bisa Tenggelamkan Kapal Anda Tanpa Perang Dunia /Republic World
ISU BOGOR - Vladimir Putin sempat memperingatkan Inggris bahwa Rusia dapat menenggelamkan kapalnya tanpa memicu konflik global atau perang dunia dalam kata-kata kasarnya tahun lalu.

Kekhawatiran atas situasi di Ukraina berkembang ketika intelijen AS mengklaim bahwa Rusia telah meminta bantuan militer dari China.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan bahwa Washington mengawasi dengan cermat untuk melihat sejauh mana Beijing memberikan dukungan ekonomi atau material kepada Rusia, dan akan memberikan konsekuensi jika itu terjadi.

Baca Juga: Putin Minta Bantuan China Usai Alami Kerugian Invasi Rusia ke Ukraina

"Kami berkomunikasi secara langsung, secara pribadi ke Beijing, bahwa pasti akan ada konsekuensi untuk upaya penghindaran sanksi skala besar atau dukungan kepada Rusia untuk mengisinya kembali.

"Menjadi penyelamat bagi Rusia dari sanksi ekonomi ini dari negara mana pun, di mana pun di dunia," kata dia dilansir Express UK, Senin 14 Maret 2022.

Seperti diketahui, pasukan Putin terus membombardir kota-kota besar di Ukraina saat invasi mendekati tiga minggu atau hari ke-18 sejak 24 Februari 2022.

Baca Juga: Putin Sibuk Hadapi Kudeta saat Para Jenderal Top Tak Puas dengan Invasi Rusia ke Ukraina

Sebetulnya, suasana perang semakin meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Inggris, tetapi Moskow dan London telah berselisih selama bertahun-tahun.

Ini terlihat pada Juni 2021 ketika Putin memperingatkan Inggris bahwa pasukannya dapat menenggelamkan kapal-kapal Inggris.

Putin mengatakan Rusia bisa saja menenggelamkan kapal perang Inggris yang dituduh memasuki perairan teritorialnya secara ilegal tanpa memulai Perang Dunia 3 dan menuduh Washington berperan dalam "provokasi".

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina: Serangan Rudal Putin Menyeret Invasi ke Perbatasan NATO

Pada saat itu, Moskow telah menyatakan kemarahannya kepada Inggris setelah kapal-kapal Inggris beroperasi di dekat Krimea.

Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014, tetapi Inggris dan sebagian besar dunia masih mengakui semenanjung Laut Hitam sebagai bagian dari Ukraina, bukan Rusia.

Putin, berbicara selama sesi tanya jawab tahunan dengan para pemilih, mengisyaratkan kemarahannya atas operasi tersebut.

Baca Juga: Putri Vladimir Putin Diduga Alami Trauma karena Sang Ayah, Ini Kata Pakar

Ketika ditanya apakah dunia telah berdiri di jurang Perang Dunia 3 selama kebuntuan, Putin mengatakan tentu saja tidak.

"Bahkan jika kita telah menenggelamkan kapal, sulit untuk membayangkan bahwa dunia akan berada di ambang Perang Dunia 3 karena mereka yang melakukannya tahu bahwa mereka tidak dapat muncul sebagai pemenang dari perang semacam itu," ungkap Putin.

Putin menuduh AS dan Inggris merencanakan episode itu bersama-sama, dengan mengatakan sebuah pesawat mata-mata AS telah lepas landas dari Yunani pada hari yang sama untuk melihat bagaimana Rusia akan menanggapi kapal perang Inggris.

"Jelas bahwa kapal perusak memasuki [perairan dekat Krimea] mengejar, pertama-tama, tujuan militer, mencoba menggunakan pesawat mata-mata untuk melihat bagaimana pasukan kita akan menghentikan provokasi semacam itu, untuk melihat apa yang diaktifkan dan di mana, bagaimana segala sesuatunya bekerja dan di mana semuanya berada.

"Kami melakukan ini. Tetapi alih-alih bereaksi positif terhadap ini dan berkata, 'Oke, kami telah memahami tanggapan Anda terhadap gerutuan kami' alih-alih itu, apa yang mereka lakukan? Mereka menerobos perbatasan kami," tambah dia.

Hubungan Rusia-Inggris juga memburuk pada 2018 setelah serangan Salisbury, yang membuat Sergei Skripal dan putrinya Yulia diracuni oleh warga Rusia melalui penggunaan agen saraf Novichok.

Yulia sadar dan bisa berbicara. Dia kemudian dipulangkan dari rumah sakit. Sergei juga dalam kondisi kritis sampai dia sadar kembali satu bulan setelah serangan itu.

Namun, seorang wanita bernama Dawn Sturgess, yang juga melakukan kontak dengan Novichok, meninggal.

Perdana Menteri Theresa May saat itu mengusir 23 diplomat Rusia dari Inggris 10 hari setelah serangan itu, memberikan pernyataan pembangkangan kepada Putin.

Perdana Menteri Boris Johnson, yang pada saat itu adalah Menteri Luar Negeri, mendapati dirinya terlibat dalam perang kata-kata dengan Kremlin.

Setelah serangan itu, Johnson menyalahkan Presiden Rusia secara pribadi dan mengecam Moskow.

"Pertengkaran kami adalah dengan Kremlin Putin, dan dengan keputusannya, dan kami pikir sangat mungkin bahwa keputusannya untuk mengarahkan penggunaan agen saraf di jalan-jalan Inggris, di jalan-jalan Eropa, untuk pertama kali sejak Perang Dunia 2," kata dia.

Skripal, mantan perwira intelijen militer Rusia, bertindak sebagai agen ganda untuk dinas intelijen Inggris selama tahun 90-an dan awal Noughties – kemungkinan motif serangan itu.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Express

Tags

Terkini

Terpopuler