ISU BOGOR - Semakin melonjaknya kasus Covid-19, menyebabkan harga obat di pasaran semakin tinggi.
Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) memperingati perusahaan-perusahaan obat agar tidak mematok harga tinggi.
Jika dalam waktu tiga hari harga obat masih tinggi, Luhut akan merazia gudang-gudang perusahaan obat itu.
Baca Juga: PPKM Darurat Hari Kedua, Luhut Binsar Pandjaitan: Jakarta Semua Sudah Merah
"Saya tekankan apabila dalam waktu tiga hari ke depan, kami masih mendapatkan harga-harga obat cukup tinggi atau terjadi kelangkaan, maka kami akan mengambil langkah-langkah tegas dengan merazia seluruh gudang-gudang mereka yang sudah kami indentifikasikan keberadaannya," ucap Luhut dalam keterangan pers pada kanal YouTube Kemenko Marves, Senin, 5 Juli 2021.
Berkaitan dengan hal itu, Luhut meminta Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk memantau harga-harga obat serta bertindak tegas jika masih ada pelanggaran.
Tak hanya Kapolri, tetapi Kapolda Metro Jaya juga ikut melakukan pemantauan.
"Saya minta Kapolri, Kapolda Metro Jaya, dan Kejati untuk nanti melakukan patroli terhadap undang-undang obat yang sudah kita punya. Saya kira Kapolri bisa mendata lagi," tuturnya.
Selain kasus positif Covid-19 yang semakin tinggi, adanya aturan PPKm darurat juga menjadi salah satu penyebab harga obat cukup tinggi.
Akibatnya, ketersediaan obat yang dibutuhkan masyarakat menjadi langka.
Baca Juga: Luhut: Belum Pernah Ada Operasi Saya yang Gagal dan Perusahaan Saya yang Bangkrut
Maka dari itu, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah akan mengatur harga-harga obat, agar masyarakat bisa mendapatkan obat dengan harga yang terjangkau.
Harga-harga yang ditentukan pemerintah, tidak akan merugikan perusahaan-perusahaan obat.
Luhut meminta bahwa perusahaan-perusahaan obat tidak mengambil untung terlalu banyak dari penjualan obat.
"Pemerintah ingin juga menerbitkan harga-harga obat yang terlalu banyak diambil untung oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Saya juga ingin mengimbau, satu setengah tahun sudah mengambik untung terlalu banyak, masa sekarang masih terus begini," ujarnya.***