ISU BOGOR - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merespon penunjukan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Berkaca pada masa menjabat sebagai presiden ke-16, SBY merasa menyesal dan meminta maaf pernah memberikan jabatan kepada Moeldoko sebagai Panglima TNI.
Hal itu lantaran Moeldoko telah mengkudeta kepemimpinan putranya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat melalui KLB yang dinilainya abal-abal.
Baca Juga: Dari Bogor, SBY Beberkan Keterlibatan KSP Moeldoko Mengkudeta Partai Demokrat
"Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji dan jauh sikap ksatria dan nilai moral," ujar SBY dalam konferensi pers, di Puri Cikeas, Kabupaten Bogor Jumat 5 Maret 2021 malam.
Menurut SBY, Moeldoko juga membuat malu kepada perwira dan prajurit yang pernah bertugas di TNI.
"Hanya mendatangkan malu bagi perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran TNI," ucapnya.
Baca Juga: KLB Demokrat 2021, SBY: Berkabung karena Akal Sehat Telah Mati
SBY merasa malu dan bersalah pernah memberikan jabatan kepada Moeldoko sebagai Panglima TNI ketika menjabat Presiden RI dulu. Ia pun memohon ampun kepada Tuhan.
"Termasuk rasa malu dan rasa bersalah saya yang dulu beberapa kali memberikan kepercayaan dan jabatan kepadanya. Saya mohon ampun kehadirat Allah SWT Tuhan yang maha kuasa atas kesalahan saya itu," pungkasnya.
Ia pun menyebut KSP Moeldoko sengaja mengkudeta sebagai ketua umum. Moeldoko disebut SBY telah mendongkel kepemimpinan AHY sebagai Ketua Umum yang sah.
SBY mengatakan Moeldoko telah mendongkel dan merebut kepemimpinan dari Ketua Umum Demokrat yang sah, AHY yang setahun lalu telah diresmikan oleh negara dan pemerintah.
AHY pun telah mengirim surat kepada Presiden Joko Widodo ihwal dugaan keterlibatan anak buahnya dalam penggulingan kepemimpinan Partai Demokrat.Namun kata SBY, ketika itu banyak tanggapan yang bernada miring.
"Mereka mengatakan Demokrat hanya mencari sensasi, Demokrat hanya playing victim. KSP Moeldoko mengatakan itu hanya ngopi-ngopi, pelaku gerakan mengatakan itu hanya rapat-rapat biasa," jelas SBY.***