Staf Khusus Presiden Ini 'Berdebat' soal FPI, Deddy Corbuzier: Lu Kan dari BIN

10 Desember 2020, 15:15 WIB
Diaz Hendropriyono saat tampil di Podcast Deddy Corbuzier yang diunggah kanal YouTube Deddy Corbuzier pada Kamis 10 Desember 2020.* /Tangkapan layar YouTube Deddy Corbuzier

ISU BOGOR - Staf Khusus Presiden Diaz Malik Hendropriyono mempersoalkan asas organisasi massa (ormas) Front Pembela Islam (FPI) yang tidak mencantumkan pancasila di Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

"Karena ini memang AD/ART (FPI) tidak mencantumkan Pancasila dan bicara mengenai khilafah islamiyah, tahun lalu SKT (Surat Keterangan Terdaftar) di Kemendagri, itu tidak keluar gara-gara ini," ungkap Diaz dalam podcast Kanal YouTube Deddy Corbuzier, Kamis 10 Desember 2020.

Menurutnya, hingga saat ini FPI berarti tidak mengantungi SKT, sehingga diperbolehkan atau tidak menyelenggarakan sejumlah kegiatan.

Baca Juga: Lirik Lagu Iwan Fals Apakah Masih Sindir Tentang Korupsi hingga Tewasnya 6 Laskar FPI

Baca Juga: 6 Anggota FPI Tewas Ditembak: Emosional, Begini Respon Habib Rizieq

Baca Juga: Proses Pemakaman 5 Anggota Laskar FPI di Megamendung Bogor Berlangsung Tertib

"Jadi sampai sekarang sebenarnya FPI belum ada SKT, surat keterangan terdaftar, dan katanya, saya tidak tahu ya, kalau tidak ada SKT itu bisa bikin kegiatan atau nggak," ucapnya.

Hal tersebut menurutnya perlu dipertanyakan kepada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Diaz menyebut, jika dahulu FPI bisa berkegiatan karena memiliki SKT.

"Kemudian tidak diperpanjang sejak 2019 oleh Mendagri Tito Karnavian," ujarnya.

Diaz malah balik nanya kepada Deddy Corbuzier, "Bung Deddy melihat begini gimana," tanya Diaz.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Kagumi Ridwan Kamil Soal Sinovac, Tapi Perkataannya Tak Pantas

Baca Juga: Adu Candaan Nyinyir, Ivan Gunawan Bahas Eyeshadow Buat Deddy Corbuzier Tidak Bisa Berkata-kata

Baca Juga: Ivan Gunawan Ungkap Dua Hal Mengejutkan Ini di Podcast Deddy Corbuzier

Deddy mengkaitkannya dengan pencopotan dua Kapolda setelah terjadi kerumunan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI).

"Sebenarnya apakah dengan dicopot itu efisien apa tidak, kalau gw jadi kapolda pada saat itu, gw juga nggak bisa ngapa ngapain, buanyak banget orangnya," tutur Deddy.

Sehingga Deddy menanyakan hal apa yang harus dilakukan jika setelah dicopot para petinggi polri itu terkait kerumunan Habib Rizieq.

"Apa nggak kasihan kepada pribadi kapoldanya, karena mereka (FPI) juga sebenarnya, rakyat juga," tanya Deddy kepada Diaz.

Baca Juga: Temui Habib Rizieq Syihab di Petamburan, Fadli Zon: Cari Tahu Perjanjian dengan BIN

Baca Juga: KAMI Dituduh Provokator Demo Omnibus Law Rusuh, Gatot Nurmantyo Singgung Kinerja BIN dan Reserse

Baca Juga: Corona Ancaman Nasional, Peneliti: BIN Wajib Selamatkan Masyarakat

Diaz menjawab diplomatis, mungkin saja yang mencopotnya berpikir bahwa antisipasi terjadinya kerumunan itu kurang.

"Nggak harus, mungkin antisipasi itu kurang juga ya. Saya nggak tahu ya, karena kita bukan yang mencopot," ucapnya.

Deddy balik bertanya bukankah hal tersebut sudah terprediksi, jika Habib Rizieq pulang akan terjadi keramaian atau timbul kerumunan.

"Masa sih tidak terprediksi, lu kan dari BIN (Badan Intelejen Negara), masa tidak terprediksi, harusnya terprediksi bos, menurut gw harusnya terprediksi," tanya Deddy.

Diaz tak berkutik dan malah balik nanya, "Jadi yang salah siapa tuh?," ucap Diaz sambil tertawa dan Deddy enggan menjawab karena pertanyaan itu khawatir memancing.

"Kalau menurut gw sederhananya begini mau perkumpulan apapun silahkan, tapi kalau meresahkan harus distop," ujarnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler