Cerita Mardigu Wowiek Buktikan Plasma Darah Bisa Gantikan Vaksin Corona

2 Desember 2020, 15:26 WIB
Mardigu Wowiek, pengajar aktif di Sekolah Intelejen Negara /Instagram

ISU BOGOR - Mantan pasien positif COVID-19 Mardigu Wowiek alias Si Bossman Sontoloyo tercengang dan berani buktikan plasma darah bisa menggantikan vaksin yang saat ini sedang ditunggu pemerintah. Bahkan plasma darah ini diprediksi bisa bikin bangkrut pabrik vaksin, karena harganya murah.

Hal tersebut diungkap Mardigu dalam sesi wawancara di acara Podcast Deddy Corbuzier pada Rabu 2 Desember 2020, dengan judul Mardigu kena COVID-19 atau di COVID kan?. 

"Suatu hari, gw ada very Big Event, jadi gw, Sandi, Gita, Helmy dan teman-teman ini tuh, sering shoping around, jadi kita UKM-UKM yang lagi perlu funding, manajeman segala macam, di saat-saat ini lagi beli murah," ungkapnya menceritakan awal mula terkena COVID-19.

Baca Juga: Mardigu Wowiek si Bossman Sontoloyo Bongkar Fakta Omnibus Law Cipta Kerja Untungkan Oligarki

Menurut Mantan Staff Khusus Menteri Pertahanan ini, saat itu belum terpapar COVID-19. Namun setelah mengathui hasilnya, Mardigu langsung lemas, sehingga tidak mengikuti acara malam.

"Saat itu gw nggak ikut acara malam, tengah-tengah acara malam, habis makan malam, gw lemas, gw tidur satu jam, baru gw masuk ruangan lagi," ujar Mardigu.

Mardigu WP sebut strategi Trump berhasil Instagram mardiguwp

Kemudian, di keesokan harinya tepatnya hari Minggu, Mardigu melakukan PCR swab test. "Senin hasilnya keluar positif, panik dong, kita harus tell honestly ke semua orang, ya Gita, Sandi, Helmy dan semua peserta acara," ungkapnya.

Baca Juga: Kasus Corona Melonjak, Positivity Rate Kota Bogor 13 Persen di Atas Standar WHO

Semua akhirnya di tes, tiga hari kemudian, mereka semua negatif. Saat acara tersebut, Mardigu menjaga jarak bahkan pake masker.

"Nah ada lagi, kebetulan-kebetulannya adalah kaki gw ini lagi nggak comfort, lebih nyaman pakai kursi roda waktu itu, ya karena alasan medic," ujarnya.

Setelah itu, lanjut dia, dengan kursi roda itu jarak agak terjaga dengan para peserta dan teman-temannya.

"Menariknya orang yang bersentuhan sama gw nggak ada satu pun yang positif, Alhamdulillahnya. Jadi tiga hari kemudian, seminggu, sepuluh hari kemudian, setelah semua diketahui hasilnya negatif, i'am happpy," tuturnya.

Baca Juga: Anies Baswedan Positif Covid-19, Kini Isolasi Mandiri dan Tetap Pimpin Rapat Secara Virtual

Kemudian, Mardigu yang sedang kesal-kesalnya harus menjalani perawatan menggunakan opnamen.

"Jadi waktu hari Senin sudah ketahuan positif, dan kondisinya lemas. Sstri bilang ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) yuk, ok saya berangkat dan disini yang menurut gw thanks god bertemu sama dokter IGD yang sangat tajam," ungkapnya.

Kemudian, dokter IGD tersebut, kata Mardigu sebagai pasien positif diberitahu untuk menjalani tes oksigen yang masuk ke paru-paru.

"Kenapa harus izin dulu, saya bilang dan dokter tersebut bilang sakit, dibedah di ureg-ureg menggunakan jarum selama 30 detik, itu tangan gemeteran, tapi gw thinks big lah, mudah-mudahan dengan ini dapat data valid," harapnya saat itu.

Baca Juga: Anies Baswedan Positif Covid-19, Begini Kronologinya Hingga Terpapar Virus Corona

Begitu diambil, satu jam kemudian hasilnya adalah 82 persen. Artinya oksigen yang masuk ke paru-paru hanya 82 persen.

"Diatas 95 persen yang bagus, kalau kadar oksigen semakin turunkan bisa sudden death itu. Artinya ini COVID-19 sudah mempengaruhi paru, di kondisi yang sudah sangat letter lux lah," ujarnya.

Saat itu, Mardigu yang sudah dalam kondisi terpapar COVID-19 di opname.

"Kemudian dokter menyatakan sesuatu yang baru, 'Bapak mau pakai plasma,?' saya bilang apapun itu, lakukan saya bilang, ya udah dia pesanp plasma, ternyata tapi susah dapat plasma," ungkapnya.

Baca Juga: GAWAT, Tempat Tidur Isolasi Corona di RS Rujukan Kota Bogor di Atas 50 Persen

Mardigu pun akhirnya menanyakan plasma apa itu. Dijelaskanlah, bahwa orang yang telah sembuh COVID-19 itu plasmanya bisa 'mengajari' darah pasien COVID-19 yang lain untuk bisa lebih pintar.

"Ini logika yang disederhanakan, kayak vaksin, sebenarnya ini vaksin kalau menurut saya versi organiknya, itu (yang di import dan ditunggu pemerintah) anorganik kimia. Hari ketiga badan saya tidak ada perbedaan, badan dan makan mati rasa semuanya," ujarnya.

Kondisi tersebut dirasakan sebelum mendapatkan plasma. Tiga hari kemudian, dokter mengabarkan telah mendapatkan plasmanya.

"Tapi sebelum di eksekusi, do something ini seperti di personalkan, apa itu 'boleh nggak anda, begitu sembuh anda sumbang plasmanya,' tanya dokter kepada saya," ungkap Mardigu.

Baca Juga: Diam-Diam Habib Rizieq Tes Corona Sendiri di RS Bukan Rujukan, Bima Arya Minta Test Ulang

Sebab, jarang sekali orang yang sudah sembuh mau menyumbagkan plasmanya. Sebab, orang Indonesia tidak mau aware memberikan sumbangan plasma.

"Contohnya ya, sekarang ada 500 ribu orang terpapar COVID-19, ada 380 ribu yang kena COVID-19, kalau 50 ribu menyumbang plasma, itu bisa selesai tanpa perlu vaksin dan segala macam itu teknisnya ya," ujarnya.

Kemudian saat hari keempat sebagai pasien COVID-19, Mardigu mendapatkan plasma dapat dipasanglah.

"Di hari kelima dilakukan swab tes dan itu lompat langsung gitu, badan saya benar-benar lompat langsung, trus dipasang tiga plasma, hari kelima lewat langsung selesai, jadi cuma tujuh hari, hasil swabnya langsung negatif," ujarnya.

Baca Juga: PSBB Bogor Diperpanjang Lagi hingga 23 Desember Setelah Kasus Corona Tembus 6.720 Orang

Padahal, sebetulnya, lanjut dia, saat dipasang plasma dan keesokan harinya sudah negatif. "Tapi untuk secure nya, harus empat hari setelah itu," katanya.

Kemudian, setelah sembuh, Mardigu bertanya kepada dokter, dan dinyatakan setelah 10 sampai 2 minggu baru bisa menyumbangkan plasma ke orang lain.

"Saya janji dan saya sumbang itu, dan setelah dua minggu kemudian juga bisa sumbang lagi, terus selama enam bulan," ujarnya.

Setelah seminggu keluar dari rumah sakit, Mardigu sempat bicara dengan dokter saat masa recovery.

Baca Juga: Usai Debat Pilwalkot Depok, Cawalkot Idris Positif Corona

"Saya tanya saya ini buat video, satu untuk mengucapkan terimakasih kepada medik dan seluruh tenaga kerja, yang saya just realease adalah hampir setiap 10 menit pasien itu banyak yang meminta pelayanan infus habis dan segala macam," tuturnya.

Jadi, Mardigu mengaku sempat menginterview para tenaga kesehatan (nakes) tidak tidur, hampir 12 jam, karena disibukan dengan panggilan pasien.

"Bahkan mereka kadang tidak sempat makan," ujarnya terheran dan berharap COVID-19 ini normal lagi.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler