Menurut Retno keputusan tersebut jelas bertentangan dengan demokrasi dan berpotensi menimbulkan perpecahan antar umat beragama.
"Bertentangan dengan prinsip dan nilai demokrasi dan berpotensi menyebabkan perpecahan antar umat beragama ditengah dunia memerlukan persatuan untuk menanggulangi pandemi Covid-19," tegasnya.
Charlie Hebdo adalah majalah satire asal Perancis. Berdiri tahun 1970 dan sudah terkenal sejak dulu karena kartunnya yang beresiko dan keberanian mengejek para politisi, tokoh terkenal hingga simbol-simbol agama.
Dikutip IsuBogor.com dari AFP terkait pengumuman penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad di majalah itu dilakukan Selasa 1 September 2020 untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka pada 2015.
"Kami tidak akan pernah tunduk. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis editor Laurent "Riss" Sourisseau dalam tajuk rencana penerbitan ulang kartun tersebut seperti dikutip dari AFP.
Dua belas orang termasuk beberapa kartunis terkenal di Perancis terbunuh pada 7 Januari 2015 saat dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi menyerang kantor media itu di Paris.
Para pelaku tewas setelah penyerangan itu, sementara 14 tersangka lainnya saat ini tengah diadili. Bahkan, tim editorial Charlie Hebdo juga sempat menulis bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menerbitkan ulang kartun tersebut.
"Kami sudah sering diminta sejak Januari 2015 untuk mencetak karikatur lain dari Muhammad," katanya.