Kapan Perang Badar Terjadi? Pertempuran yang Dibahas dalam Al Quran Secara Eksplisit

- 25 Juli 2022, 19:18 WIB
Perang Badar terjadi pada tanggal 13 Maret 624 M atau atau hari ke-17 Ramadan tahun 2 hijriah. Jadi, perang Badar berlangsung tepat pada tanggal 17 Ramadhan.
Perang Badar terjadi pada tanggal 13 Maret 624 M atau atau hari ke-17 Ramadan tahun 2 hijriah. Jadi, perang Badar berlangsung tepat pada tanggal 17 Ramadhan. /Foto Ilustrasi/Unsplash.com
ISU BOGOR - Perang Badar terjadi pada tanggal 13 Maret 624 M atau atau hari ke-17 Ramadan tahun 2 hijriah. Jadi, perang Badar berlangsung tepat pada tanggal 17 Ramadhan.

Sementara itu, perang badar juga terjadi pada tahun pertama umat Islam diwajibkan puasa pada bulan Ramadhan.

Perang Badar sebenarnya merupakan penyergapan pada kafilah pimpinan Abu Sufyan yang pulang dari ekspedisi dagang dari Suriah.

Baca Juga: Perang Rusia Terkini: AS Janjikan Lebih Banyak Bantuan Militer untuk Ukraina

Penyergapan tersebut penting karena menjadi simbol politis dari pengaruh Islam di tanah Arab. Lantas bagaimana Perang Badar itu bisa terjadi berikut ringkasannya sebagaimana dikutip dari berbagai sumber.

Perang Badar adalah salah satu dari sedikit pertempuran yang secara eksplisit dibicarakan dalam al-Qur'an.

Nama pertempuran ini bahkan diistilahkan pada Surah Ali 'Imran: 123, sebagai bidang dari perbandingan terhadap Pertempuran Uhud.

Baca Juga: Dampak Perang Rusia Ukraina: Eks Presiden Soviet Mikhail Gorbachev Dikabarkan Kecewa pada Putin

"Sungguh Allah telah menolong kamu dalam Peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Sebab itu bertawakallah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), saat kamu menyebut kepada orang Mukmin, "Apakah tidak cukup untuk kamu Allah menolong kamu dengan tiga ribu malaikat yang dikurangi (dari langit)?" Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda. QS Ali 'Imran: 123-125

Menurut Yusuf Ali, istilah "syukur" dapat merujuk kepada disiplin. Di Badar, barisan-barisan Muslim diperkirakan telah menjaga disiplin secara ketat; sementara di Uhud mereka keluar barisan untuk memburu orang-orang Mekkah, sehingga menciptakan pasukan berkuda Mekkah dapat menyerang dari samping dan menghancurkan pasukan Muslim.

Gagasan bahwa Badar adalah "pembeda" (furqan), adalah menjadi kejadian mukjizat dalam Islam, diistilahkan lagi dalam surah yang sama.

Baca Juga: Perang Rusia Ukraina: Putin Disebut Putus Asa setelah Kehilangan 50 Ribu Tentaranya

"Sesungguhnya telah benar tanda untuk kamu pada dua kelompok yang telah bertemu (bertempur). Segolongan bertempur di perlintasan Allah dan (segolongan) lainnya kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang Muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran untuk orang-orang yang mempunyai mata hati." QS Ali 'Imran:13

Badar juga adalah pokok pembahasan Surah kedelapan Al-Anfal, yang membahas mengenai berbagai tingkah laku dan aktivitas yang dipekerjakan militer.

"Al-Anfal" berarti "rampasan perang" dan merujuk pada pembahasan pasca pertempuran dalam pasukan Muslim mengenai bagaimana membagi barang rampasan dari pasukan Quraisy.

Baca Juga: Perang Rusia-Ukraina, Kiev Ubah Strategi dengan Banyak Kejutan

Meskipun surah tersebut tidak menyebut Badar, isinya menggambarkan pertempuran tersebut, serta beberapa ayat yang umumnya dianggap dikurangi pada saat atau segera setelah pertempuran tersebut terjadi.

Catatan Tradisi Islam

Sesungguhnya seluruh ilmu mengenai Pertempuran Badar bersumber dari catatan-catatan tradisi Islam, adun berupa hadits maupun biografi Muhammad, yang dituliskan beberapa puluh tahun setelah kejadiannya. Berikut beberapa gagasan mengapa hal ini terjadi:

Pertama, jumlah suku-suku Arab yang hidup di jazirah Arabia buta huruf dan tradisi oral adalah metode mereka untuk menyampaikan informasi.

Baca Juga: Foto dan Video Perang Rusia vs Ukraina Terbaru: Serangan Roket Hantam Pemukiman Penduduk

Pada saat Balatentara Islam dapat menaklukkan suku-suku Arab yang semakin berpendidikan di Suriah dan Irak, dapat diistilahkan seluruh kaum Quraisy telah masuk Islam, sehingga menghilangkan peluang benarnya catatan-catatan non-Muslim mengenai pertempuran tersebut.

Kedua, dengan tersusunnya berbagai kompilasi hadits, karenanya naskah-naskah catatan aslinya menjadi tidak dibutuhkan lagi, dan menurut Hugh Kennedy kesudahan dibasmi dengan "kecepatan yang menyedihkan".

Ketiga, umumnya umat Muslim yang taat beranggapan bahwa para Muslim yang tewas di Badar adalah para syahid yang agung, sehingga akbar probabilitas menjadi faktor yang membatasi untuk usaha yang sungguh-sungguh untuk melaksanakan penggalian arkeologis di Badar.

Perang Badar dalam Pustaka Modern

Mengingat letak pertempuran ini dalam sejarah Islam dan rumusan tersiratnya berupa kemenangan atas suatu penghalang yang sangat akbar, karenanya pemakaian nama "Badar" menjadi populer di kalangan tentara atau himpunan paramiliter Islam.

"Operasi Badar" adalah nama yang digunakan oleh Mesir untuk perannya dalam Perang Yom Kippur pada tahun 1973, dan Pakistan menggunakannya dalam Perang Kargil pada tahun 1999. Di Irak, sayap militer dari Dewan Tertinggi Revolusi Islam di Irak (SCIRI) menamakan diri sebagai Organisasi Badar.

Perang Badar Film The Message

Perang Badar ditampilkan dalam film layar lebar berjudul The Message, yang dihasilkan tahun 1976. Meskipun pada umumnya film ini sesuai dengan perlintasannya kejadian, terdapat beberapa perubahan yang nyata.

Pasukan Quraisy digambarkan mengikut-sertakan barisan kaum wanita, sedangkan keberadaan mereka sesungguhnya jelas tidak benar.

Demikian pula tidak ditampilkan benarnya himpunan yang tidak bersedia turut bertempur, meskipun dalam film digambarkan Sisa dari pembakaran Sufyan menolak turut serta.

Para pejuang di depan sumur Badar digambarkan melaksanakan tiga pertarungan satu lawan satu, dan bukannya pertarungan berkumpul menjadi kelompok tiga lawan tiga.

Selain itu, sebab Muhammad dan Ali tidak ditampilkan (hanya pedang Ali yang terlihat) sebab alasan-alasan religius, karenanya Hamzah lah yang menjadi pemimpin resmi pasukan Muslim.

Penampilan pertempurannya sendiri terlihatnya menyerupai adegan pertempuran dalam film Zulu, yang memperlihatkan pasukan Quraisy melancarkan serangan habis-habisan terhadap barisan-barisan Muslim, yang dalam kenyataannya penyerangan seperti itu umumnya akan dapat menghancurkan pasukan yang semakin kecil.

Adun Amr bin Hisyam maupun Umayyah digambarkan tewas dalam pertempuran, dan kematian mereka adalah klimaks dari pertarungan tersebut.

Kejadian setelah peperangan digambarkan dengan sangat selektif menurut versi film ini, yang tidak menampilkan pembunuhan pasca pertempuran dan perdebatan di kalangan Muslim mengenai para tawanan.***




Editor: Iyud Walhadi

Sumber: unkris.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah