Ahli Geologi Jelaskan Proses Terjadinya Tsunami Megathrust yang Ancam Jakarta dan Selatan Jawa

19 Oktober 2021, 10:52 WIB
Ahli Geologi BRIN Jelaskan Proses Terjadinya Tsunami Megathrust yang Ancam Jakarta dan Selatan Jawa /Youtube Siti Fadilah Supari Channel

ISU BOGOR - Peneliti Ahli Utama Geologi Pusat Riset Geoteknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Yulianto menjelaskan semua pulau di Indonesia terbentuk karena proses terjadinya Tsunami Megathrust. Sehingga ancaman terjadi kembali, khususnya di Jakarta dan Selatan Jawa itu tetap ada.

"Semua pulau-pulau di Indonesia sebetulnya terbentuk karena interaksi ( Tsunami ) Megathrust, yang terjadi jutaan tahun lalu sampai sekarang," ungkap Eko Yulianto di Channel Youtube Siti Fadilah Supari Channel yang dikutip Isu Bogor, Selasa 19 Oktober 2021.

Eko menambahkan seperti pulau Sumatera, Jawa dan Bali dan semua pulau di Indonesia terbentuk karena Megathrust.

Baca Juga: Tsunami Megathrust Ancam Selatan Jakarta dan Selatan Jawa, Ahli Geologi BRIN: Sudah Mendekati Ujung Siklusnya

"Jadi karena ini nabrak tadi ada yang melengkung naik ke atas, itulah yang membentuk pulau tadi," ungkap Eko.

Tak hanya itu, ia juga mengingatkan pada kejadian gempa tahun 2004, ada proses lempeng benua dan samudera yang menendang.

"Yang menendang ini naik, itu adalah pulau-pulau di barat Sumatera, dari Simelu, Nias, Mentawai, dia naik, akibatnya pantai-pantai dibelakangnya turun," ungkap Eko.

Baca Juga: Tsunami Megathrust Ancam Sebagian Besar Wilayah Indonesia, Ahli Geologi BRIN Peringatkan Ini

Maka dari itu, kata Eko, wajar banyak pantai yang banyak pepohonan tenggelam. Selanjutnya ada lagi, begitu itu selesai, Megathrust itu naik lagi.

"Begitu pulau-pulau di Sumatera sebelah barat itu naik, sementara sebaliknya pun begitu, nanti dia nendang lagi turun lagi. Itu berulang-ulang terus," ungkapnya.

Maka dari itu, setelah kejadian 2004 sumur di Nias dan Mentawai banyak yang tiba-tiba kering karena daratan yang naik.

Baca Juga: Turki Keluarkan Peringatan Tsunami saat Gempa Berkekuatan 6,5 Guncang Kreta

"Airnya hilang, seolah-olah seperti itu, naiknya ada yang sampai 3 meter," ungkap Eko.

Selanjutnya, kata Eko, dikarenakan wilayah Indonesia berhadapan dengan jalur Subduksi tadi, kalau dari Sumatera itu jalur Megathrust sunda.

"Maka wilayah-wilayah sepanjang Indonesia, itu semuanya berhadapan dengan ancaman Tsunami Megathrust tadi," jelasnya.

Baca Juga: Pakar Sebut Potensi Gempa Megathrust dan Tsunami Raksasa Ancam Selatan Jawa, Denny Darko: Juga Jakarta

Bahkan dibelakangnya, kalau pantai barat Sumatera atau pantai selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, di utaranya itu ada yang disebut sebagai sumber gempa dan tsunami.

"Itu yang disebut Backthrust, jadi kalau tadi Megathrust ini ada Backthrust, yang memicu gempa Lombok 2018 itu adalah gerakan dari Backthrust ini," ungkapnya.

Eko mengingatkan masyarakat Indonesia, dengan adanya ancaman bencana Tsunami Megathrust ini seharusnya peristiwa pada 2004 menjadi dering pembangun.

"Tsunami 2004 itu seharusnya dering pembangun kita ternyata bencana bisa sedemikian luar biasa, sehingga dari situ kita tahu bahwa undang-undang nomor 24/2007, kemudian bisa lahir ada BNPB, BPBD kemudian aturan-aturan yang menyertainya," ujarnya.

Namun demikian, kata dia, regulasi itu harus diperkuat lagi, sebab aturan mitigasi bencana gelologi di Indonesia masih jauh dan masih banyak yang kurang.

"Karena kemudian di dalam penanggulangan bencana itu sendiri di tegaskan bahwa pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab di dalam upaya penanggulangan. Sayangnya baru ingat kalau ada kejadian lagi, seharusnya dari sekarang," pungkasnya.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler