Lewat Gubuk Rangga di Tengah Kebun Sawit, Sam Pembuhun dan Pemerkosa Ibunya Mulai Mengenali Keluarga

15 Oktober 2020, 20:53 WIB
Ilustrasi perkebunan Sawit di Riau /Pikiran-rakyat.com

ISU BOGOR - Dari cerita kerabat keluarga Rangga (6) yang tewas saat membela ibunya DA saat akan diperkosa Sam, yakni Adi menuturkan warga sering menyebut ibu dan anak itu ramah dan sering bertegur sapa dengan warga yang melintas di gubuknya.

Bahkan pelaku juga sering mampir, bercengkrama dengan Aiyub sang ayah tiri Rangga sehingga mengenali keluarga itu lebih dekat..

“Pelaku selalu melewati gubuk mereka ketika berangkat dan pulang dari kebun, dan sering singgah ngobrol dengan ayah tiri korban,” kata Adi.

Baca Juga: Ayah Rangga Tahu dari Medsos Anaknya Tewas Ditebas Leher Oleh Sam: Rasanya Seperti Tidak Percaya

Baca Juga: Pecut, Ombudsman Surati Polri Agar Persuasif Terhadap Pengunjuk Rasa UU Cipta Kerja

Baca Juga: Bupati Bogor Ade Yasin Dukung Demo Buruh Tolak Omnibus Law Cipta Kerja

Fadli Fajar (30) ayah kandung Rangga mengaku bila pertama kali dirinya mengetahui kabar anaknya tewas ditebas Sam saat akan memerkosa DA mantan istrinya melalui media sosial, baru kemudian diberitahu oleh pihak keluarga.

“Rasanya seperti tidak percaya. Tapi itu semua sudah kehendak Allah. Saya minta aparat penegak hukum memberikan keadilan kepada kami. Mohon pelaku dihukum dengan seberat-beratnya,” katanya.

Fadli bercerita, bila sudah sejak lama mendiang bocah periang itu tinggal bersamanya di Sumatera Utara. Dua tahun lalu, Fadhli memilih berpisah dengan DA (28) yang pada malam jahannam itu, Sabtu 10 Oktober 2020 tengah malam diperkosa oleh Sam.

Seminggu yang lalu, DA datang ke Medan, menjemput Rangga yang sudah beberapa waktu ingin tinggal bersama ibunya di Aceh Timur.

Sebagai ayah, Fadli tidak kuasa menolak. Rangga selalu merengek. “Seminggu lalu DA menjemput Rangga. Tujuannya agar bisa segera didaftarkan pada sekolah dasar di Aceh Timur,” terang Fadli, Senin, 12 Oktober 2020.

Lelaki 30 tahun itu mengatakan juga, selama di Medan, Rangga seperti anak lainnya, aktif, periang dan juga senang membaca Quran. “Dia anak yang pintar,” kenang Fadli.

“Saya akhirnya tidak dapat membendung keinginan Rangga untuk tinggal bersama ibunya di Alue Gadeng. Dia bersikeras bersekolah di Aceh karena ingin dekat dengan DA,” kenang Fadli.

Oleh DA, Rangga didaftarkan pada kelas II di sebuah SD Negeri di Alue Gadeng.

Pun demikian, Fadli tidak pernah tahu bila DA yang telah menikah lagi dengan Aiyub, tinggal di tengah kebun sawit jauh dari permukiman warga.

Baca Juga: Tragis Pemerkosaan Ibu Rangga di Tengah Kebun Sawit Hingga Anaknya Tewas, Begini Kisahnya

Baca Juga: Bandit Itu Bernama Sam, Tega Tebas Leher Bocah Rangga 6 Tahun dan Perkosa Ibunya

Baca Juga: 398 Warga Bogor Meninggal Dunia Terkait Corona Selama Pagebluk

Rangga (9) bocah SD di Aceh Timur yang tewas saat membela ibunya DA (29) diperkosa Sam residivis kasus pembunuhan di Sumatera Utara tinggal di Kebun Sawit yang jauh dari tetangga di daerah Geuchik Alue Gadeng.

Ternyata, begitu tragis kisah Rangga yang baru datang untuk tinggal bersama ibunya di Aceh Timur dari Sumatera Utara tempat tinggal ayah kandungnya.

Baru Dua Bulan di Tengah Kebun Sawit
Geuchik Alue Gadeng, kerabatnya Adi Sahputra, kepada aceHTrend menuturkan, Aiyub baru dua bulan memboyong keluarga kecilnya ke tengah kebun sawit yang jauh dari permukiman.

Sebelumnya mereka tinggal di Gampong Birem. Hingga saat ini dokumen kepindahan mereka masih dalam proses.

Di Alue Gadeng, keluarga kecil itu tinggal di tanah milik keluarga Aiyub. Lelaki yang sehari-hari mencari ikan di tambak pada malam hari, membangun gubuk kecil di tengah kebun yang jauh dari tetangga terdekat. “Jarak gubuk mereka dengan tetangga paling dekat 100 meter,” terang Adi Sahputra. Kondisi di sana masih berupa hutan dan semak belukar.

Baca Juga: Amerika Cabut Tuduhan Prabowo Sebagai Pelanggar HAM, Besok Ia Diterima di Pentagon

Kini Rangga (9) sudah dikuburkan pada Minggu malam, 11 Oktober 2020 seusai salat Magrib.

Pahlawan cilik itu meninggal dunia setelah ditebas menggunakan samurai oleh Sam (36) warga Alue Gadeng, Birem Bayeun, Aceh Timur, yang baru empat bulan mendapatkan asimilasi dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Awalnya Sam dipenjara di LP Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara. Dia dijebloskan ke dalam tutupan karena membunuh orang.***

 

 

Editor: Linna Syahrial

Tags

Terkini

Terpopuler