Polemik Harga PCR, Rocky Gerung: Pengusaha Farmasi Bersekongkol dengan Penguasa untuk Cari Keuntungan Berlipat

1 November 2021, 09:18 WIB
Polemik Harga PCR, Rocky Gerung: Pengusaha Farmasi Bersekongkol dengan Penguasa untuk Cari Keuntungan Berlipat Ganda. Foto/Ilustrasi PCR. /Pixabay/analogicus

ISU BOGOR - Pengamat Politik Rocky Gerung menyebut polemik harga PCR sebagai fenomena Farmaco Politic yaitu persekutuan antara politisi dan industri farmasi dalam mencari keuntungan berlipat ganda. Menurutnya hal tersebut sudah terjadi sejak lama.

"Permainan industri farmasi dengan politisi itu selalu menimbulkan keuntungan berlipat ganda," katanya di Channel Youtube Rocky Gerung Officil, Senin 1 November 2021.

Sebab, kata Rocky Gerung, hanya mereka yang tahu ekstrapolasi dari penyakit.

Baca Juga: Harga PCR Turun, Rocky Gerung: Covid-19 Sekarang Ini Jadi Cara Busuk Pemerintah Dalam Membenamkan Opini Publik

"Mereka yang mampu untuk membuat prediksi, karena kekhususan-kekhususan teknis nggak mungkin diketahui masyarakat kan," ungkap Rocky Gerung.

Jadi yang disebut sebagai pembohongan itu, berlangsung akibat kesehatan itu adalah isu yang sangat teknis.

"Nggak semua orang mampu. Berhadapan dengan dokter aja, masyarakat itu sudah rendah diri duluan, karena dianggap dokter mampu untuk membaca penyakitnya itu," ungkap Rocky Gerung.

Baca Juga: Harga PCR Terbaru Dikeluhkan, Rocky Gerung: Presiden Diam Artinya Terlibat Dalam Mafioso Itu

Hal tersebut, kata Rocky Gerung, sering disebut sebagai sifat dari demokrasi kebijakan kesehatan itu.

"Melanggar asas-asas kesetaraan manusia itu, nah itu yang sekarang terjadi justru, sifat dari kerumitan soal obat itu dimanipulasi dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha yang bersekongkol dengan penguasa," kata Rocky Gerung.

Sekadar diketahui penurunan harga tes Covid-19 melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR) terus menuai kontroversi dan jadi polemik.

Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Brigadir SL Minta Maaf Usai Dianiaya Kapolres: Membuat Publik Tidak Percaya Polisi

Pada satu sisi masyarakat dibuat bingung, karena rupanya harga tes PCR yang pada mulanya seharga jutaan rupiah, ternyata dapat ditekan hingga Rp275.000 saja.

Belum lagi, penurunan HET tersebut diikuti dengan kebijakan wajib menunjukan hasil tes PCR untuk masyarakat yang ingin berpergian dengan seluruh moda transportasi umum, baik darat, laut, maupun udara.

Sisi lain dari kebingungan masyarakat, Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) mengirim surat kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menetapkan standar harga dan mutu bahan medis habis pakai seiring kebijakan harga eceran tertinggi atau HET yang dipatok sebesar Rp275.000 dan Rp300.000 bagi alat PCR.

Baca Juga: Tagar 'Stop Wajib PCR' Menggema di Twitter, Netizen: Maen Gaya Baru Pemerintah Mencari Keuntungan

Permintaan standarisasi harga dan mutu bahan medis habis pakai itu di antaranya menyasar pada reagen kit, viral transport medium (VTM), alat pelindung diri (APD), dan kebutuhan langsung atau tidak langsung penanganan pandemi Covid-19.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler