Dokter Ini Ungkap Mukjizat Puasa Secara Medis Dapat Mencegah Bahaya COVID-19

27 Juli 2021, 14:01 WIB
Dokter Piprim Basarah Yanuarso mengungkap mukjizat atau manfaat dari puasa terhadap bahaya COVID-19 /instagram @dr.piprim

ISU BOGOR - Dokter Piprim Basarah Yanuarso mengungkap mukjizat orang puasa di masa pandemi sekarang ini ternyata dapat mencegah dari COVID-19.

Sebelum pandemi COVID-19, sudah banyak penelitian yang menjelaskan tentang mukjizat puasa terhadap kesehatan manusia ditinjau dari prespektif medis modern.

"Ada satu literatur yang bilang kalau autofagi itu berjalan bagus begitu virus (COVID-19) itu masuk," kata Dokter Piprim dikutip dari Channel YouTube Deddy Corbuzier, Selasa 27 Juli 2021.

Baca Juga: Sering Puasa Bisa Terhindar dari COVID-19, Dokter Piprim Sebut Untuk Mencegah Fatalitas

Bahkan, kata Dokter Piprim, autofagi ini saat tidak ada makanan dia akan menghancurkan virusnya.

"Dan itu cepat beralih ke adaptif imunity dan kemudian dia sudah selesai begitu aja," ungkap Dokter Piprim.

Dokter spesialis imunitas anak ini menjelaskan jika dilihat dari data statistik COVID-19 itu 20 persennya berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG).

Baca Juga: Dua Dokter Jantung Ini 'Makjleb' Sentil Mahfud MD: Semoga Penyesalan Dirasakan yang Berkuasa

"Kita lihat statistiknya 20 persen OTG atau dia gejalanya ringan. Dia tidak tahu sakit atau belum, di cek antibodinya juga tidak terbentuk," ujarnya.

Kata Dokter Piprim, ada dua jurnal yang dibacanya tentang hubungan puasa dengan kesehatan tubuh.

"Mencegah fatalitas pada saat kena (COVID-19), karena tadi mekanismenya ada dua hal, pertama keton, benda keton ini anti inflamasi yang sama kuat," ungkapnya.

Baca Juga: Mantan Dokter Gedung Putih Sebut Presiden AS Joe Biden Akan Mundur dari Jabatannya karena Masalah Medis

Sehingga, terkait dengan itu, kata Dokter Piprim ketika orang puasa tidak memakan karbohidrat, kemudian livernya memproduksi keton.

"Pada dasarnya kan, keton ini bahan bakarnya untuk otak ya, yang terbentuk pada saat puasa, maupun pada saat orang itu tidak makan karbohidrat," kata Dokter Piprim.

Bahkan, kata Dokter Piprim, keton yang diproduksi saat puasa itu adalah anti inflamasi yang sangat kuat.

Baca Juga: Posting Data Ini, Ade Armando Dikecam Dokter dan Warganet: Makhluk Gak Punya Hati

"Kita tahu bahwa virus COVID-19 ini mengaktifkan inflamasom lrp3, ini akan mematangkan interlicin satu beta ya dan juga interlicin 118 dikeluarkan, ini yang bikin sitokin (dimatangkan), jadi Sars-Cov (COVID-19) ini memang ganas," katanya.

Jadi COVID-19 ini mematangkan inflamasom agar inflamasi. Maka dari itu, saat keton ada secara langsung akan menghambat pematangan sitokin.

"Jadi makanya ada beberapa jurnal, bagaimana keton luar, itu sebagai salah satu untuk menghambat inflamasi di awal-awal terpapar COVID-19," jelasnya.

Alasan pentingnya puasa, karena lanjut Dokter Piprim, hubungan manusia dengan COVID-19 itu sifatnya pembajakan.

"Karena konsep hubungan kita dengan COVID-19 itu pembajakan, dia yang setengah hidup setengah mati virus ini kan bukan makhluk hidup sesungguhnya. Dia hanya ada materi genetik rNA dibungkus oleh kapsul dan ada duri-durinya dia masuk ke tubuh kita, konsepnya itu membajak tubuh kita," jelas Dokter Piprim.

Kemudian, lanjut Dokter Piprim, saat rNA-nya masuk dia di transkripsikan mencetak anak virusnya menggunakan nutrisi di tubuh manusia.

"Iya, ini hampir sama dengan cancer, menggunakan nutrisi kita, dia membajak kemudian berkembang biak.
Nanti mungkin ada beberapa hal yang beda dan unik untuk virus ini ya, kenapa kok dia bikin heboh banget virus ini, karena yang dibajak itu rem-nya inflamasi," ungkapnya.

Jadi, lanjut Dokter Piprim begitu rem-nya dibajak oleh virus ini, inflamasi itu gas pool saat komplikasi berat itukan karena sifat inflamasi.

"Intinya adalah inflamasi yang hebat tidak terkendali, itu sebetulnya bisa diredakan dengan tadi dari awal itu kita sudah tidur dan puasa," jelasnya.

Sebab, kata Dokter Piprim, inflamasi itu tidak boleh lama-lama, sebentar saja nanti beralih ke adaptif imunity.

"Kan orang dengan komorbid, obesitas misalkan dia tuh sudah ada dalam kondisi infalamsi cronic atau low grade inflamation cronic, orang dengan obesitas itu sudah inflamasi with or without COVID-19," ungkap Dokter Piprim.

Antibodi itu kan bagian dari adaptif imunity (kekebalan tubuh yang beradaptasi). Menurutnya jika kekebalan tubuh kuat, maka virus bisa selesai disitu di inherited imunitynya.

"Jadi COVID-19 itu bisa diselesaikan dengan autofagi yang sangat hebat," ungkap Dokter Piprim.

Lebih lanjut, Dokter Piprim, autofagi itu artinya saat tubuh dalam kondisi tidak ada kalori tidak ada makanan masuk atau olahraga yang cukup intensitasnya.

"Intinya ATP nya berkuranglah, itu autofagi tubuh akan melirik disekitar mencari cadangan sekaligus untuk recycle," katanya.

Seperti diketahui, sudah banyak penelitian ilmiah, tidak ditemukan dampak negatif tentang manfaat puasa.

Bahkan dampak negatif dari puasa juga ditemukan tidak berbahaya bagi kesehatan organ tubuh seperti jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi dan fungsi neuropsikiatri.

Penelitian meta analisis atau penelitian terhadap berbagai Abstrak Terkait ini diperoleh dari Medline dan jurnal lokal di negara-negara Islam 1960-2009.

Seratus tiga belas artikel yang memenuhi kriteria untuk pemilihan kertas dikaji secara mendalam untuk mengidentifikasi rincian bahan terkait.

Hasilnya, terdapat manfaat luar biasa dan tidak disangka sebelumnya oleh para ilmuwan tentang adanya mukjizat puasa bagi kesehatan manusia.***

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler