Komjen Pol Dharma Pongrekun Ungkap Alasan Memuji Siti Fadilah Telah Selamatkan Bangsa dari Pandemi

29 Maret 2021, 12:35 WIB
Mantan Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari (kiri) dan Wakil Kepala BSSN Komjen Pol Dharma Pongrekun. /Instagram @siti_fadilah_supari

ISU BOGOR - Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komjen Pol Dharma Pongrekun memuji semangat nasionalisme Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari yang telah menyelamatkan bangsa dari pandemi flu burung beberapa tahun silam.

"Saya sangat bangga bisa bertemu dengan sosok ibu (Siti Fadilah Supari), sekaligus sosok yang fenomenal, yang pernah saya ketahui, saya dengar ibu karena pernah menyelamatkan bangsa ini dari persoalan (pandemi H5N1) yang sebenarnya hampir sama, hampir mirip-mirip," kata Dharma Pongrekun dalam saluran YouTube Siti Fadilah Supari Channel yang dikutip, Senin 29 Maret 2021.

Alasan Dharma memuji Siti Fadilah Supari karena yang telah membuat bangsa Indonesia selamat dari pandemi H5N1 pada 2014 silam.

Baca Juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan Indramayu, Nicke Widyawati: Suplai BBM Aman

Baca Juga: Kesalahan Manusia Mungkin Ada Dibalik Pemblokiran Kapal di Terusan Suez

"Apa yang terjadi ketika itu (2014) dan terjadi saat ini, sebenarnya polanya sama. Sebelum masuk kesana saya ingin meyampaikan bahwa buku (Indonesia Dalam Rekayasa Kehidupan) yang saya buat sebelum ramai-ramainya keadaan seperti ini (Pandemi Covid-19), itu adalah pola yang ada dalam buku tersebut," jelasnya.

Menurutnya, ini adalah pola yang sudah mereka bangun sejak puluhan tahun dan dimulai sejak 1920 kemudian belum berhasil. Lalu terjadilah perang dunia kedua dan tahun 1944 dan dibentuklah suatu badan keuangan dunia, bank dunia.

"Adanya organisasi yang mengorganisir negara-negara. Maaf organisasinya tidak saya sebutkan nama-namanya. Supaya para pemirsa mau cari tahu, karena kalau kita hanya mendengar tanpa mencari tahu itu tidak nempel," katanya.

Baca Juga: Siti Fadilah Supari Dikabarkan Bebas Murni dari Penjara Pondok Bambu Hari Ini

Baca Juga: Perokok Lebih Rentan Terjangkit Covid-19, Studi atau Konspirasi?

Ia melanjutkan lembaga tersebut adalah non state actor yang merupakan bukan suatu pemerintahan seperti yang ramai diperbincangkan yakni Amerika Serikat atau negara paman Sam.

"Sebenarnya bukan negara paman sam. Non State Actor, dia adalah aktor tapi bukan non state atau bukan negara. Mereka ada tiga program," katanya.

Dharma melanjutkan, tiga program yang dimaksud itu adalah pertama Money (keungan). Menurutnya, mereka menguasai sistim keuangan global, maka dari itu perang dunia kedua ini ada kaitannya dengan pembentukan sistim keuangan moneter yang dikuasai oleh non state actor ini.

"Karena setelah 1920 mereka membuat suatu lembaga juga, tidak terlalu berhasil dan akhirnya mereka, sebelum itu ada perang dunia dulu dan mereka juga yang mengkondisikan," paparnya.

Tujuannya adalah untuk membentuk lembaga moneter yang menguasai dunia dibawah kendali non state actor.

"Kemudian yang kedua, program power. Bagaimana power ini bisa dapatkan atau terlaksana dengan cara bisnis hutang. Lembaga keuangan tadi supaya negara kita hutang, sehingga mereka tidak perlu turun tangan, dengan kendali tadi," jelasnya.

Artinya jika mereka menekan karena bangsa Indonesia punya kewajiban membayar hutang, maka keberadaannya terancam.

"Seperti di film-film lah. Ini menjadi kepanjangan tangan untuk penekanan disetiap negara dalam seluruh aspek kehidupan, nggak mau disisakan. Kenapa seluruh dunia, lihat saja apakah dunia-dunia negara itu berada dibawah kendali non state actor itu terdaftar tidak, cek aja dulu sendiri," jelasnya.

Hampir seluruh negara di dunia ini punya hutang karena diciptakan oleh non state actor untuk berhutang.

"Alasannya karena kita latah, ingin ikut istilah internasional, coba nggak usah ikut, coba mandiri, mungkin berbeda," katanya.

Tapi itulah, kata Dharma, logika yang dibangun agar bangsa Indonesia dianggap menjadi negara yang terpandang. Silahkan dilihat saat zaman Belanda atau sebelumnya.

"Kita mulai mengikuti sistem mereka sejak kita merdeka, ini karena dulu kita dijajah oleh VOC, sebenarnya bukan negara Belanda yang menjajah kalau mau jujur ya, kalau kita lihat ini sistim swasta, makanya dia selalu adu domba, apa yang terjadi sekarang pun itu terjadi dulu," jelasnya.

Sehingga, lanjut dia, sebetulnya pola ini sangat mudah dibaca yakni adu domba, karena itu sangat mudah.

"Jadi sangat sistematis, non state actor tadi punya struktur. Lalu cara bekerja mereka itu sangat sistematis. Sistimatis itu membuat prosedur sehingga apa yang terjadi dicetak seperti apa yang telah dirancang, in garbage out garbage," jelasnya.

Sehingga orang melihat apa yang terjadi itu adalah seolah seperti alami, karena ini dibuat secara massif. "Kalau mau digali lebih dalam, sama sekali tidak alami," jelasnya.

Lalu, yang ketiga, program dari non state actor adalah controll populations, akhir dari program mereka.

"Saat ini kita masuk dalam program akhir mereka yaitu merekayasa seluruh aspek kehidupan manusia dan kita sebagai makhluk ciptaan Allah, kehilangan jati diri, menjauh dari fitrah kita," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler