Sekolah Tatap Muka di Bogor Tuai Pro Kontra, Banyak Orang Tua Siswa Khawatir karena Vaksin Belum Ada

- 22 November 2020, 11:49 WIB
Ilustrasi sekolah tatap muka.
Ilustrasi sekolah tatap muka. /ANTARA FOTO/Arnas Padda/

ISU BOGOR - Wali Kota Bogor Bima Arya mengumumkan rencana belajar tatap muka di sekolah di masa pandemi COVID-19 akan kembali dibuka pada pada 11 Januari 2020.

Keputusan tersebut memicu pro kontra dikalangan orang tua siswa di Bogor. Bagi yang kontra, alasannya karena belum ada jaminan anaknya tidak akan tertular COVID-19 saat sekolah tatap muka diberlakukan.

Sedangkan bagi yang pro sekolah tatap muka, merasa lega karena dampak dari COVID-19 selama 8 bulan ini, sistem belajar daring di Kota Bogor dianggap tak efektif.

Baca Juga: 10 Tempat Makan Hits di Kota Bogor, Cocok Buat Nongkrong dan Dibawa Pulang

Kekhawatiran orang tua siswa itu bukan tanpa alasan, karena detail teknis metode belajar tatap muka yang akan diterapkan di Kota Bogor ini masih belum matang konsep keamanannya.

"Anak saya masih SD kelas 5. Saya masih belum akan mengijinkan anak saya belajar tatap muka kalau belum benar-benar aman," kata Suryaman warga Kota Bogor, Minggu 21 November 2020.

Hal senada diungkapkan, Susena Setya Yudha. Bahkan ia menanyakan efektifitas sistem protokol kesehatan COVID-19 saat ini bebas dari penularan COVID-19 di Kota Bogor.

Baca Juga: Hore! Bogor Buka Sekolah Tatap Muka Lagi pada 11 Januari 2021, Tapi Wajib Swab Test Corona?

"Kemudian mungkinkah ada rapidtest? bila iya pasti ada hasil yg reaktif, dan pasti ada susulan swab test, dan ketika swab nya positif, maka trackingnya menjadi maha luas maha melebar,"

"Adik ikut di swab, kakaknya, neneknya, om nya, sepupu semua kena test, yang muncul masalah ketika semua test tsb tidak gratis".

Menurutnya, sangat berisiko sekolah tatap muka baru berjalan 1 minggu, jumlah cluster bertambah. Idealnya, kata dia, vaksin tersedia dulu, baru tatap muka dilakukan.

Baca Juga: Langkah Pemkot Bogor Soal Sekolah Tatap Muka, Orangtua Murid Boleh Tak Izinkan Anaknya

"Orang dewasa saja susah diatur untuk disiplin pake masker, jaga jarak, cuci tangan, apalagi usia SMA, SMP bahkan SD. Untuk Kota Bogor diharapkan lebih bersabar dulu pak,"

"Karna kalau temannya masuk, pasti anak pingin ikutan masuk. Sehebat atau sebagus apapun protokol kesehatan, bila di sekolah petugasnya dirangkap oleh guru, ya kurang efektif,"

Bahkan, menurutnya akan lain ceritanya dengan protokol kesehatan di mall. Sistem pengawasannya ketat ada petugas keamanan yang berjaga dan berpatroli.

Baca Juga: Rencana Sekolah Tatap Muka di Bogor, Seluruh Guru Bakal Jalani Tes Swab

"Dan kelihatanya cukup aneh kalau masuk sekolah saling berjauhan. Bila hybrid yang dilakukan, alangkah baiknya saat tatap muka dibuat livestreaming," ungkapnya.

Sementara itu, bagi yang pro Dian Rosdiana, warga Bogor Timur, Kota Bogor menyatakan karena sistem belajar daring bagi anak SD saat ini sangat tidak efektif dan normatif.

"Bukan soal kuota atau jaringan internet, tapi mental anak jadi malas, yang mengerjakan tugas saya yakin hampir semua orang tua siswa pasti bukan anaknya," ungkapnya.

Baca Juga: Langkah Pemkot Bogor Soal Sekolah Tatap Muka, Orangtua Murid Boleh Tak Izinkan Anaknya

Maka dari itu, lanjut dia, sangat sepakat jika Pemkot Bogor berencana memberlakukan kembali sekolah tatap muka.

"Setidaknya ada harapan kembali semangat belajar anak untuk belajar dan bertemu teman-temannya bisa tumbuh lagi, setelah 8 bulan diam di rumah. Tapi protokol kesehatannya harus benar-benar terlaksana," jelasnya.

Sebelumnya, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menuturkan sekolah tatap muka yang akan dilaksanakan pada 11 Januari mendatang, metodenya lebih kepada perpaduan antara pembelajaran dari rumah dan pembelajaran tatap muka.

Baca Juga: 3 Syarat Sekolah di Bogor Berlakukan Belajar Tatap Muka Tahun 2021

"Untuk peserta didik yang memilih untuk belajar dari rumah tetap difasilitasi dengan metode pembelajaran jarak jauh,"

“Kemungkinan metodenya hybrid. Jadi, kombinasi antara tatap muka dengan pembelajaran jarak jauh. Dan ini pun dilakukan secara bertahap," jelas Bima Arya.

Menurutnya, sekolah tatap muka tidak akan full, 30-50 persen saja dari kapasitas kelas. Siswa yang tidak diizinkan orang tuanya untuk tatap muka akan tetap diizinkan.

"Ini akan boleh untuk tidak mengikuti pembelajaran di sekolah secara tatap muka. Seperti yang kami sampaikan tadi, izin dari komite sekolah atau orangtua adalah hal yang utama,” beber Bima.

Baca Juga: Pemerintah Bolehkan Siswa Belajar Tatap Muka di Sekolah, Tapi Ini Syaratnya

Kemudian untuk memastikan tenaga pendidik atau guru sehat, maka akan dilakukan tes swab. “Tentu apabila vaksin sudah bisa dijalankan, semua tenaga pendidik akan diprioritaskan untuk menerima vaksin," jelasnya.

Tetapi apabila vaksin masih menunggu waktu, maka secara bertahap tenaga pendidik akan diatur untuk melakukan test swab.

"Jadi saya sudah minta Dinkes berkoordinasi dengan Disdik untuk mengatur pelaksanaan tes swab,” kata Bima.

Kemudian, jika ada kasus positif di sekolah, maka akan ditinjau ulang. Tergantung kepada kondisinya per sekolah, jadi tidak berlaku secara umum.

"Apabila ada kasus di suatu sekolah atau sekolah tertentu kita akan tinjau kebijakan disitu. Namun apabila, bertambahnya itu kita lihat secara masif se-Kota Bogor dan terjadi karena diberlakukannya pembelajaran tatap muka maka tentu saja akan dievaluasi kebijakan ini,” pungkasnya.***

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah