ISU BOGOR - Lantaran dianggap abai dan tak melindungi rakyatnya dalam insiden ledakan dahsyat yang menewaskan 154 orang dan melukai 5000 orang di Beirut, memicu ribuan warga Lebanon kemarahan warga Lebanon.
Ratusan warga Lebanon yang marah dengan sikap pemerintahnya mencoba menuntut tanggungjawab dengan cara berunjukrasa hingga akhirnya berujung pada kerusuhan, Sabtu 8 Agusus. Para pengunjuk rasa yang anarkis menyerbu dan merusak sejumlah gedung pemerintah di Beirut.
"Mereka telah mengambil semuanya dari saya, uang saya, masa muda saya dan sekarang mereka membunuh orang-orang saya," kata pengunjuk rasa berusia 26 tahun Sandra Khoury kepada Al Jazeera.
Baca Juga: Pemkot Bogor Minta Pengelola THM Konsisten Terapkan Protokol Kesehatan di Masa Pra AKB
Sebagai tanda solidaritas dengan para pengunjuk rasa, pemadam kebakaran Beirut yang kehilangan sedikitnya 10 anggota menolak meninggalkan pangkalan mereka untuk menyiram pengunjuk rasa dengan air.
Menanggapi sikap para pemadam kebakaran ini, Gubernur Beirut Marwan Aboud menilai seharusnya mereka terus bertugas untuk memadamkan api kebakaran. Akibat bentrokan tersebut, satu orang petugas dikabarkan tewas.
Berdasarkan laporan, petugas tersebut diserang pengunjuk rasa dan jatuh di sebuah hotel di pusat kota Beirut. Palang Merah Lebanon, sementara itu, mengatakan mereka membawa 63 orang ke rumah sakit dan merawat sekitar 175 orang di tempat kejadian.
Baca Juga: Duh, Bogor Kembali ke Zona Oranye Covid-19, Wakil Walikota: Mudah-mudahan Tak Tergelincir ke Merah
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan, pemerintah Lebanon mengumumkan keadaan darurat dan mengerahkan tentara.