"Saya juga mau berbakti untuk Indonesia. Kalau sama-sama mau mengabdi untuk Indonesia, kok harus melawan?" lanjut dia.
Menurutnya, lebih baik dua-duanya kerja sama untuk mengabdi, untuk merah putih.
Baca Juga: Prabowo Ungkap Makna Patung Bung Karno Naik Kuda di Kemenhan
Hal itu Prabowo dapatkan setelah mempelajari sejarah. Sejarah tersebut menjadi panduan baginya.
"Ada dua peristiwa penting yang saya baca dari sejarah. Satu di Jepang, ada dua panglima sangat kuat, Toyotomi Hideyoshi dan Tokugawa Leyasu," ujarnya.
Kata dia, dua-duanya hebat dan kuat. Suatu saat mereka hampir perang. Kemudian Hideyoshi berunding dengan Leyasu, lawannya itu.
Baca Juga: Heboh TMI Dibawah Kendali Prabowo, Ferdinand: KPK Perlu Masuk Kemenhan
"Kemudian Hideyoshi bilang, Anda lihat di belakang saya ini tentara saya kuat, semangat, jumlahnya banyak," kata Prabowo, mengulang pernyataan dari sejarah itu.
"Besok bisa Anda menang atau saya menang, tapi kalau pun saya menang, anak buah banyak yang akan mati. Kalau pun kau menang, anak buahmu juga akan banyak mati dan luka," jelasnya.
"Artinya besok malam orang tua Jepang kehilangan anaknya, akan nangis. Saya tau Anda cinta Jepang, saya juga begitu. Kita mau mempersatukan Jepang dan kita mau bikin Jepang kuat. Untuk apa kita perang? Apa lebih baik kita bersatu untuk mempersatukan Jepang dan Jepang menjadi lebih kuat," ujarnya lagi.