UPDATE: Corona di Bogor Bertambah 20 Orang dalam Sehari, Serius Zona Oranye dan PSBMK Efektif?

11 September 2020, 19:19 WIB
Ilustrasi Tugu Kujang sebagai simbol dari Kota Bogor. /Iyud Walhadi/

ISU BOGOR - Kasus pasien terkonfirmasi positif Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Kota Bogor bertambah 20 orang dalam sehari, Jumat 11 September 2020.

Penambahan tersebut berdasarkan laporan data monitoring harian tim Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Bogor yang berstatus zona oranye dengan masa perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK).

Juru Bicara Pemkot Bogor untuk Siaga Corona, Sri Nowo Retno menyebutkan jumlah 20 orang itu tersebar merata di 6 kecamatan yang ada di Kota Bogor.

"Bogor Timur, Bogor Utara dan Tanah Sareal menjadi kecamatan terbanyak penyumbang kasus baru positif Corona yakni masing-masing 4 kasus," katanya dalam keterangan pers tertulis yang diterima Jumat malam 11 September 2020.

Baca Juga: PSBB Total Belum Jelas, Bima Arya Minta Kepastian Aturan Mobilitas Warga Jabodetabek Kepada Anies

Disusul kecamatan Kecamatan Bogor Barat dan Selatan masing-masig bertambah 3 orang. "Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah paling sedikit penambahannya hanya 2 orang," ujarnya.

Dengan demikian total kasus positif Corona di Kota Bogor selama pandemi sebanyak 837 orang, dengan rincian meninggal 38 orang, selesai isolasi/sembuh 524 orang dan masih sakit atau positif aktif 275 orang.

Lonjakan kasus positif setiap harinya tidak berbanding lurus dengan klaim Wali Kota Bogor Bima Arya yang menyebutkan data dari hasil riset bertajuk 'Survei Persepsi Risiko Covid-19' efektif dalam menekan angka kasus Covid-19, sehingga merubah zona merah menjadi oranye.

Baca Juga: Jika Anies Bersikukuh Terapkan PSBB Total, Bima Arya Akan Lakukan Ini di Bogor

“Hasil riset yang disampaikan tadi menguatkan landasan Pemerintah Kota Bogor untuk menerapkan secara maksimal PSBMK (Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas) dan tidak memilih PSBB,” ungkap Bima Arya, Jumat 11 September 2020.

Wali Kota Bogor Bima Arya didampingi Wakil Wali Kota Bogor Dedie A. Rachim saat merilis hasil survei persepsi Covid-19 Kota Bogor di Balaikota, Jumat 11 September 2020. Chirs Dale

Dalam riset yang dilakukan 15 Agustus hingga 1 September 2020, menurut Bima Arya, menyadarkan jajaran Pemerintah Kota Bogor akan kelemahan dalam memberikan sosialisasi.

"Sehingga kedepan Pemkot Bogor akan lebih memperkuat edukasi secara maksimal dengan melibatkan dokter dan tokoh agama sehingga diharapkan warga Kota Bogor lebih sadar dan paham bahwa Covid-19 itu berbahaya dan nyata. Selain itu Pemkot akan memperkuat protokol kesehatan yang kolaboratif dengan semua pihak," katanya.

Baca Juga: Tanggapi Rencana Anies Baswedan, Bima Arya: PSBMK Lebih Tepat, PSBB Total Tidak Tepat

Hal tersebut tidak terlepas dari hasil riset yang dipaparkan bahwa sebagian besar warga Kota Bogor belum teredukasi dengan baik dan 90 persen warga terpapar secara ekonomi. Atas dasar tersebut, Bima beralasan memilih memaksimalkan penerapan PSBMK.

Hasil riset juga menunjukan bahwa Kota Bogor memiliki modalitas sosial yang luar biasa berupa solidaritas yang kuat antar sesama warga. Untuk itu program Jaga Asa (Jaringan Keluarga Asuh Kota) akan digencarkan kembali, dimana keluarga yang mampu secara ekonomi bisa membantu keluarga yang membutuhkan.

“Jadi bisa dibayangkan ketika tidak teredukasi, tidak paham dan terpapar secara ekonomi, kemudian kita terapkan PSBB secara ketat tanpa dibantu secara ekonomi, maka tidak mungkin."

Baca Juga: PSBB Jakarta Membingungkan, Bima Arya Perpanjang PSBMK Kota Bogor Tunggu Kepastian Anies

"Selain itu penerapan PSBB membutuhkan jumlah personil yang cukup untuk mengamankan, butuh anggaran bantuan sosial yang cukup. Berdasarkan hasil riset, sebanyak 50 persen bingung covid-19 buatan manusia atau bukan. Bahkan yang percaya covid-19 buatan manusia sebanyak 14 persen,” jelas Bima.

Rencananya, PSBMK secara lebih maksimal akan diumumkan Pemkot Bogor pada Senin (14/9/2020) mendatang.

 

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler