7 Ritual Perayaan Imlek Wajib Diketahui, Menghias Rumah Hingga Bayar Hutang

12 Februari 2021, 14:01 WIB
Lilin yang berada di depan Vihara Dhanagun /Chris Dale/Isu Bogor

 

ISU BOGOR – Tahun Baru Cina atau Imlek mulai dirayakan di hari pertama bulan pertama kalender Tionghoa, dan berakhir dengan Cap Go Meh dua pekan setelahnya. Pada 2021, masyarakat Tionghoa menyebut tahun kerbau.

Sebelum perayaan Imlek, sebetulnya ada beberapa ritual yang biasa dilakukan masyarakat Tionghoa lakukan mulai dari membersihkan rumah, menghias rumah, hingga melunasi hutang.

Seperti membersihkan rumah, misalnya, mengandung makna rumah akan bersih dari keburukan dan siap menerima keberuntungan di tahun baru.

Baca Juga: Beli Mobil Bebas PPnBM Bulan Depan, Ini Skemanya

Pengurus Vihara Dhanagun, Kota Bogor Kusumah biasa di sapa Ayung bercerita, pada hari pertama Sin Nien atau tahun baru, mereka melakukan sembahyang pada leluhur, dan tak lupa menyajikan makanan, minuman, dan buah di altar.

“Yang tak punya altar di rumah pergi ke klenteng terdekat untuk sembahyang, mengucapkan terima kasih atas lindungan Thien (Tuhan) sepanjang tahun,” kata Ayung, ditemui di Vihara Danaghun, Jumat (12/2/2021).

Baca Juga: Tahun Baru Imlek, Kunjungan Ibadah di Vihara Dhanagun Menurun

Setelah itu mereka memberikan hormat kepada orangtua, saling mengunjungi sanak keluarga dan kerabat dekat.

Banyak pantangan yang tak boleh dilakukan pada hari tersebut. Menyapu dan membuang sampah konon akan mengusir rezeki ke luar dari rumah.

Mereka juga tak boleh memecahkan piring. Jika tak sengaja memecahkannya, mereka harus cepat-cepat mengucapkan Sue sue Phing an, yang artinya setiap tahun tetap selamat.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Rajab, Dalil dan Hukumnya

Hari kedua, lanjut Ayung, adalah saat hue niang cia atau pulang ke rumah ibu. Perempuan yang sudah menikah membawa Teng Lu yang merupakan bingkisan atau angpao (kantong merah kecil yang berisi uang) untuk ibu dan adik-adiknya.

Secara tradisi, angpao atau hung pau juga diberikan kepada anak-anak dan orangtua.

“Pada hari ketiga, mereka lebih banyak tinggal di rumah, tanpa melakukan banyak perjalanan dan aktivitas,” menjelaskan.

Baca Juga: Cuaca Imlek di Bogor, Pagi Cerah dan Jumat Sore Hujan

Layaknya tradisi Lebaran, masyarakat Tionghoa mengenakan pakaian baru, biasanya berwarna merah atau warna terang lainnya. Warga Tionghoa percaya pentingnya penampilan dan sikap baru yang optimis menghadapi masa depan.

Segala tradisi dalam perayaan Imlek sarat makna. Hidangan yang disajikan pada perayaan Imlek biasanya terdiri atas 12 macam masakan dan 12 macam kue. Ini melambangkan 12 macam Shio.

Baca Juga: INGAT! Hari Ini hingga Minggu Kota Bogor Kembali Terapkan Ganjil Genap

Mie menjadi makanan wajib karena simbol panjang umur. Selain itu, lapis legit dan ikan bandeng yang melambangkan rezeki. Ada juga beragam kue, dari lapis hingga kue keranjang, dengan rasa yang lebih manis dari biasanya; berharap kehidupan yang lebih manis di tahun mendatang.

“Sementara bubur pantang dimakan saat Imlek karena melambangkan kemiskinan. Makanan berasa pahit seperti pare juga dihindari karena melambangkan kepahitan hidup,” tambah Ayung.

Buah-buahan wajib selama Imlek adalah pisang raja atau pisang mas, jeruk kuning, delima hingga tebu yang melambangkan kemakmuran dan rezeki berlimpah.

Baca Juga: TEGAS, Denda Rp 50 Ribu  bagi Pelanggar Ganjil Genap Kota Bogor

Buah berduri seperti salak atau durian harus dihindari. Nanas menjadi perkecualian karena namanya Wang Li dengan pengucapan mirip dengan kata Wang yang artinya berjaya, nanas juga dilambangkan sebagai mahkota raja.

Kata Ayung, semua hal yang mewarnai Imlek pada dasarnya bermakna satu. Membuang segala keburukan di tahun lalu dan berharap tahun baru yang lebih baik.

Sama seperti musim semi, saat bunga-bunga mulai bermekaran, tunas-tunas tanaman mulai tumbuh, dan matahari muncul dengan kehangatan sinarnya.  Musim semi adalah musim harapan, di mana segala sesuatu yang lama digantikan yang baru.***

Editor: Rafik Maeilana

Tags

Terkini

Terpopuler