AHY Vs Moeldoko, Rocky Gerung: Masa Jenderal Kudeta Mayor

2 Februari 2021, 18:54 WIB
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). /Instagram.com/@agusyudhoyono

ISU BOGOR - Perseteruan antara Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko tentang kudeta kepemimpinan partai menuai reaksi beragam. Bahkan, Pengamat Politik Rocky Gerung menyebut kisruh politik Moeldoko Versus ( Vs ) AHY ini tidaklah etis.

Sebab, kata Rocky, keduanya adalah mantan prajurit TNI yang satu berpangkat Jenderal yang dan satu lagi Mayor. Seharusnya yang senior mengayomi junior.

"Kan Moeldoko itukan senior jenderal, AHY itu Mayor, masa Jenderal mau mengkudeta Mayor," kelakar Rocky Gerung dalam perbincangannya di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Selasa 2 Februari 2021.

Baca Juga: AHY Muncul Dengan Berita Duka, Kabarkan Sosok yang Meninggal Karena Covid-19

Seharusnya, lanjut Rocky, seorang Jenderal itu menuntun Mayor, agar sebagai senior watak keprajuritan itu ditegakan.

"Nah justru kemarin saya membaca AHY mengajarkan Moeldoko, tentang ethics keprajuritan. Jadi AHY dapat poin dan memang itu benar, bahwa setiap prajurit apapun pangkatnya tunduk seumur hidup pada prinisip integritas," katanya.

Sebab itulah yang diajarkan bertahun-tahun di dalam kelas-kelas akademi militer.

Kondisi ini kemungkinan dikarenakan Moeldoko terlalu lama menjadi politisi.

"Sehingga dia lupa tentang nilai-nilai keprajuritan," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, AHY mengungkap adanya dugaan kudeta kepemimpinan partai yang dipimpinnya oleh sekelompok orang. Bahkan AHY sampai berkirim surat ke Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) karena adanya pejabat tinggi negara yang terlibat.

Baca Juga: AHY dan Moeldoko Saling Serang soal Kudeta Demokrat, Ferdinand: Seru Ini

"Tadi pagi, saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada yang terhormat Bapak Presiden Joko Widodo untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," kata AHY di Jakarta, Senin 1 Februari 2021.

Pengiriman surat konfirmasi itu kata dia berawal dari kesaksian dan testimoni banyak pihak yang didapatkannya, tentang gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan.

"Yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo," ucapnya.

Lebih lanjut, gerakan itu menurut dia juga dikatakan sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Presiden Joko Widodo.

"Tentunya kami tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan asas 'praduga tak bersalah' (presumption of innocence) dalam permasalahan ini," ujarnya.

Baca Juga: Reshuffle? Nama AHY dan Sandi Gantikan Menteri Millenial Era Sekarang

AHY menjelaskan tentang gerakan politik yang bertujuan mengambil alih kekuasaan pimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional itu diketahui dari laporan dan aduan dari pimpinan dan kader Partai Demokrat baik pusat, daerah maupun cabang.

Gabungan dari pelaku gerakan itu kata dia terdiri dari 5 orang, 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi.

"Dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu. Sedangkan yang non kader partai adalah seorang pejabat tinggi pemerintahan, yang sekali lagi, sedang kami mintakan konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Joko Widodo," ungkapnya.

Menanggapi tudingan AHY itu, Kepala KSP Moeldoko menyatakan prihatin dengan situasi yang terjadi di Partai Demokrat, bahkan sampai menyebut adanya terlibatan pejabat di lingkungan Istana.

Baca Juga: Soal Kudeta Myanmar, Joe Biden Ancam Terapkan Sanksi AS

"Saya sih sebetulnya prihatin gitu ya melihat situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," ungkap Moeldoko dalam keteranga pers yang digelar secara virtual, Senin 1 Februari 2021.

Bahkan, Moeldoko mengingatkan kepada Partai Demokrat untuk tidak dengan mudahnya menuding Istana, apalagi melibatkan Presiden Joko Widodo dalam isu ini.

"Dalam hal ini saya mengingatkan sekali lagi, jangan dikit-dikit istana dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini, karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, nggak tahu apa-apa dalam hal ini," katanya.

Baca Juga: Moeldoko Bereaksi Soal Kudeta Partai Demokrat yang Colek Istana

Moeldoko pun menyarankan agar AHY tidak mudah terbawa perasaan atau baperan jika menjadi seorang pemimpin. Tak hanya itu, Moeldoko juga meminta AHY tidak galau atau terombang-ambing.

"Saran saya ya, jadi seorang pemimpin seorang pemimpin yang kuat. Jangan mudah baperan, jangan mudah terombang-ambing dan seterusnya. Ya kalau anak buahnya nggak boleh pergi ke mana-mana ya diborgol aja kali," ujarnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler