Seorang anggota dari grup peretasan juga mengklaim kepada media bahwa mereka telah meretas 40-50 situs komersial penting di Prancis tetapi semua nama tidak dipublikasikan.
Mereka diduga menargetkan lebih banyak situs web untuk melakukan serangan dunia maya. Cyber 71, dalam posting terbaru sekitar pukul 17:40, mengajak semua orang untuk bersama meretas situs web Prancis dengan cara mengikuti pelatihan dari grup Facebook lain (OpFR oleh Bangladesh) dengan membagikan tautan mereka.
Dilansir Dhaka Tribune menyebutkan saat dihubungi melalui email terkait konfirmasi serangan cyber tersebut, Kedutaan Besar Prancis di Dhaka belum memberikan tanggapan.
Baca Juga: Youtuber Daud Kim Akui Maanfaatkan Islam Demi Mendapatkan Popularitas
AFM Al Kibria, Wakil Komisaris Departemen Investigasi Kejahatan dunia maya Kepolisian Metropolitan Dhaka, mengatakan kepada Dhaka Tribune: "Peretasan adalah tindak pidana, kami selalu mencegahnya."
“Peretasan situs web Prancis oleh Cyber 71 sejauh ini tidak menjadi perhatian kami. Jika kami mendapat keluhan tentang ini, kami akan mengambil tindakan yang diperlukan setelahnya, ”tambah pejabat penegak hukum itu.
Apa yang Sedang Terjadi di Prancis?
Kasus ini bermula seorang guru di Prancis bernama Samuel Paty, 47, menjadi sasaran karena telah menunjukkan karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh majalah satire Charlie Hebdo, gambar yang sama tentang asal mula pembantaian di tempat majalah pada tahun 2015.
Pembunuhnya, Abdullakh Anzorov yang berusia 18 tahun, ditembak mati oleh polisi tak lama setelah serangan itu. Pada hari Rabu, jaksa penuntut mengatakan Anzorov telah membayar dua siswa remaja sekitar € 300 ($ 355) untuk mengidentifikasi Paty.