ISU BOGOR - Australia telah mengajukan keluhan resmi kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas bea masuk China atas impor anggur dalam kemasan.
Hal itu disampaikan WTO mengkonfirmasi pada Senin, 28 Juni 2021.
Keluhan itu adalah yang kedua dari Australia di badan perdagangan global melawan China di tengah meningkatnya ketegangan.
Yang pertama, disampaikan pada bulan Desember 2020 mengenai bea impor jelai China dan saat ini sedang dipertimbangkan di WTO.
Sementara kali ini disebut 'permintaan untuk konsultasi' yang diajukan di WTO dalam pertemuan di Jenewa memberi kedua belah pihak waktu 60 hari untuk berunding. Jika mereka gagal untuk menyepakati, panel sengketa WTO dapat dibentuk.
Menteri luar negeri Australia sebelumnya mengatakan bahwa pengaduan semacam itu harus memungkinkan negosiasi bilateral.
Baca Juga: Pentagon Memberi Tahu Negara Lain Tentang Serangan Udara di Perbatasan Suriah-Irak
Hubungan dengan China telah memburuk sejak Australia menyerukan penyelidikan internasional tentang asal-usul virus corona, yang pertama kali dilaporkan di China pada akhir 2019.
China, mitra dagang terbesar Australia, menanggapi dengan mengenakan tarif pada komoditas Australia, termasuk anggur dan jelai dan impor terbatas daging sapi, batu bara, dan anggur Australia, langkah yang digambarkan oleh Amerika Serikat sebagai "pemaksaan ekonomi".
Pada pertemuan WTO tertutup pada hari Senin, Kanada juga mulai berselisoh soal perdagangan dengan China atas pembatasan yang terakhir pada impor benih kanolanya.
Namun, China menolak permintaan untuk membentuk panel formal, dengan mengatakan pihaknya percaya itu terlalu dini, menurut seorang pejabat perdagangan yang berbasis di Jenewa setelah pertemuan tersebut.***