Dikatakannya, bangunan enam lantai itu menampung kantor dan pusat pembelajaran, beberapa di antaranya berafiliasi dengan Universitas Islam Gaza.
Selama dua minggu, tim pekerja telah memindahkan puing-puing, mengeluarkan logam yang akan diluruskan dan dibentuk kembali untuk digunakan kembali.
Tim tersebut mulai memisahkan batu dari beton, yang akan dihancurkan dan digiling di tambang untuk membuat kerikil.
“Pusat-pusat ini adalah mata pencaharian kami. Saya memiliki tujuh karyawan tetap yang bekerja di pusat saya – sekarang mereka tidak memiliki pekerjaan lagi,” ungkapnya.
Baca Juga: Sedih, Postif Covid-19, Bundanya Danisha Hilang Nyawa Usai Melahirkan, Sang Bayi Masih Diingkubator
Mushtaha menuturkan baginya bangunan pusat pendidikannya diperjuangkan selama puluhan tahun sehingga tidak mudah mencari solusi dengan menyewa bangunan lain.
"Ini bukan masalah hanya menyewa ruang lain. Kami menghabiskan 10 tahun mempersiapkan pusat ini. Tetapi kami berharap bahwa jika kami dapat membangun kembali, kami akan membuka kembali pusat itu lagi,” kata dia.
Meskipun begitu, Mushtaha tetap optimistis bangunannya bisa kembali berdiri atas bantuan-bantuan negara tetangga.