Sementara itu, protes harian terhadap militer telah berkembang di beberapa bagian Myanmar menjadi pemberontakan bersenjata sementara konflik etnis yang telah berlangsung selama satu dekade telah berkobar lagi.
Baca Juga: 421 Santri Tes PCR, Klaster Ponpes Harjasari Terpapar Covid-19 di Luar Kota Bogor
Para penentang junta telah menyuarakan rasa frustrasi atas kurangnya tindakan keras oleh ASEAN yang mengirim dua utusan.
Masyarakat Myanmar yang antikueta merasa pertemuan dua utusan ASEAN itu dengan pemimpin junta Min Aung Hlaing pada hari Jumat, 4 Juni 2021, memberinya legitimasi yang lebih besar tetapi tidak membawa manfaat.
Padahal, sebuah kelompok hak asasi manusia setempat menyebut junta militer Myanmar dianggap telah gagal untuk memaksakan kontrol sejak merebut kekuasaan dari pemimpin terpilih Aug San Suu Kyi.
Baca Juga: Filter Milik Jimin BTS Jadi Lagu Solo Korea Ke-4 Paling Banyak di Streaming di Spotify
Telah ada sekitar 4.500 orang yang ditahan sejak kudeta dan sedikitnya 847 orang tewas, meskipun militer Myanmar membantah angka itu.***