Thailand Mulai Tuntut Implementasi 5 Konsensus ASEAN Terhadap Kekacauan Kudeta Militer Myanmar

- 7 Juni 2021, 10:29 WIB
Anak-anak muda  gagah berani dari gerakan Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni (KPDF). Menggunakan segala jens senjata tradisional termasuk senapan berburu, KPDF melakukan perlawanan ke militer rezim Myanmar. KPDF berhasil  menyita sebuah pos keamanan junta di Kota Demoso, Negara Bagian Kayah
Anak-anak muda gagah berani dari gerakan Pasukan Pertahanan Rakyat Karenni (KPDF). Menggunakan segala jens senjata tradisional termasuk senapan berburu, KPDF melakukan perlawanan ke militer rezim Myanmar. KPDF berhasil menyita sebuah pos keamanan junta di Kota Demoso, Negara Bagian Kayah /SUPPLIED/VIA MYANMAR NOW

Sementara itu, protes harian terhadap militer telah berkembang di beberapa bagian Myanmar menjadi pemberontakan bersenjata sementara konflik etnis yang telah berlangsung selama satu dekade telah berkobar lagi.

Baca Juga: 421 Santri Tes PCR, Klaster Ponpes Harjasari Terpapar Covid-19 di Luar Kota Bogor

Para penentang junta telah menyuarakan rasa frustrasi atas kurangnya tindakan keras oleh ASEAN yang mengirim dua utusan.

Masyarakat Myanmar yang antikueta merasa pertemuan dua utusan ASEAN itu dengan pemimpin junta Min Aung Hlaing pada hari Jumat, 4 Juni 2021, memberinya legitimasi yang lebih besar tetapi tidak membawa manfaat.

Padahal, sebuah kelompok hak asasi manusia setempat menyebut junta militer Myanmar dianggap telah gagal untuk memaksakan kontrol sejak merebut kekuasaan dari pemimpin terpilih Aug San Suu Kyi.

Baca Juga: Filter Milik Jimin BTS Jadi Lagu Solo Korea Ke-4 Paling Banyak di Streaming di Spotify

Telah ada sekitar 4.500 orang yang ditahan sejak kudeta dan sedikitnya 847 orang tewas, meskipun militer Myanmar membantah angka itu.***

 

 

 

Halaman:

Editor: Chris Dale


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x