Waduh! 5.200 Ton Debu Luar Angkasa Jatuh ke Bumi Setiap Tahun

- 13 April 2021, 20:50 WIB
Ilustrasi debu benda angkasa.
Ilustrasi debu benda angkasa. /geralt/Pixabay/geralt

ISU BOGOR - Setiap tahun ada sekitar 5.200 ton debu luar angkasa jatuh ke Bumi. Itu berdasarkan penelitian terbaru yang akan diterbitkan 15 April di jurnal Earth and Planetary Science Letters.

Pasalnya, hujan lembut komet dan asteroid ini jauh melebihi meteorit. Hanya sekitar 10 ton (9 metrik ton) batuan luar angkasa yang lebih besar mendarat di Bumi setiap tahun.

Meskipun jumlahnya banyak, sulit untuk mendeteksi debu luar angkasa atau melacak akumulasi tahunannya di sebagian besar tempat karena pengendapan yang membersihkan debu.

Baca Juga: Kapal Besar yang terjebak di Terusan Suez Terlihat di Foto-foto dari Luar Angkasa

Dan di banyak tempat, debu yang berasal dari bumi membanjiri debu dari luar angkasa.

Tetapi di Adélie Land, Antartika , dekat stasiun penelitian Concordia Prancis-Italia, hujan salju sangat mudah ditebak dan hanya ada sedikit debu terestrial.

Lebih dari 20 tahun, fisikawan Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis (CNRS) Jean Duprat dan rekan-rekannya telah melakukan enam ekspedisi ke daerah tersebut untuk mengumpulkan partikel.

Baca Juga: Cegah Penumpukan Penumpang, Angkasa Pura Miliki 3 Alternatif Layanan Tes COVID-19 di Bandara Soetta

Lapisan debu ruang angkasa terawetkan dengan cukup baik di wilayah tersebut bagi para peneliti untuk memperkirakan berapa banyak yang jatuh dari tahun ke tahun.

Para peneliti menggali parit besar salju dan membawa lapisan salju dalam tong seberat 20 kilogram kembali ke laboratorium di stasiun penelitian, di mana mereka dengan hati-hati mencairkan salju dan mengumpulkan partikel debu yang tertinggal.

Mereka kemudian memilah partikel, menghilangkan kontaminan seperti serat dari sarung tangan salju para peneliti.

Ekstrapolasi dari temuan di Antartika tengah, para peneliti menemukan bahwa sekitar 5.200 ton (4.700 metrik ton) partikel kecil ini, berukuran diameter antara 30 dan 200 mikrometer, jatuh ke Bumi setiap tahun. (Sebagai referensi, rata-rata rambut manusia berdiameter sekitar 70 mikrometer).

Baca Juga: Fenomena Lintang Kemukus Menurut LAPAN Belum Bisa Dipastikan Nama Jenis Benda Luar Angkasa Tersebut

Hal itu menjadikan partikel-partikel kecil sebagai sumber paling melimpah dari materi luar angkasa di Bumi.

Karena sebagian besar batuan antariksa yang menabrak atmosfer bumi terbakar, para peneliti memperkirakan volume debu di luar angkasa yang akan menghasilkan fluks di permukaan planet.

Mereka memperkirakan bahwa sekitar 15.000 ton (13.600 metrik ton) debu antariksa awalnya memasuki atmosfer setiap tahun, artinya hanya sekitar sepertiga yang mencapai tanah.

Sekitar 80% debu mungkin berasal dari komet yang dikenal sebagai komet periode Jupiter, tulis para peneliti.

Ini adalah komet dengan orbit pendek yang dikendalikan oleh pengaruh gravitasi Jupiter. 20% debu lainnya kemungkinan besar berasal dari asteroid.

Memahami aliran material luar angkasa ke Bumi penting untuk banyak bidang astrofisika dan geofisika, tulis para peneliti, karena batuan luar angkasa ini mungkin telah membawa banyak elemen ke planet ini.

Beberapa teori berpendapat bahwa unsur dan molekul yang berasal dari batuan luar angkasa mungkin sangat penting bagi perkembangan awal kehidupan di Bumi.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x