Cek TV Anda! Sudahkah Digital? Kominfo Akan Ganti Siaran TV Analog ke Digital

- 11 Maret 2021, 10:26 WIB
Kominfo berencana mengganti siaran televisi analog ke digital. Sudahkah tv Anda digital ? Segera cek
Kominfo berencana mengganti siaran televisi analog ke digital. Sudahkah tv Anda digital ? Segera cek /Istimewa/

ISU BOGOR - Pemerintah telah menargetkan penyiaran televisi analog atau Analog Switch Off (ASO) akan berakhir pada 2 November 2022 mendatang.

Pada waktu yang bersamaan masyarakat akan menikmati layanan televisi digital secara nasional.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ahmad Ramli mengatakan, migrasi penyiaran televisi dari analog ke digital setidaknya berdampak positif bagi Indonesia terutama pada sektor teknologi dan ekonomi.

Baca Juga: Awas Penipuan ! Imbauan Kominfo Soal Kuota Internet Gratis Kemendikbud

"Ini kan kalau kita lihat misalnya masyarakat menggunakan TV analog, artinya kita tidak masuk ke teknologi digital. Maka fitur-fitur, kemudian kualitas gambar itu juga menjadi sangat seperti saat ini, terbatas, tidak maksimal," ujar Dirjen PPI Kementerian Kominfo dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB): Membangun Ekosistem Penyiaran Televisi Digital, yang berlangsung virtual dari Kantor Kementerian Kominfo, Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021.

Menurut Ramli, jika Indonesia sudah sepenuhnya menggunakan televisi digital tentu akan menjadi sangat baik. Sehingga masyarakat perlu melihat apakah saat ini sudah bermigrasi dari analog ke digital.

Baca Juga: Snack Video Resmi Diblokir Kominfo, OJK Sebut Aplikasi Ilegal

"Saya ingin mengajak masyarakat untuk mengecek, coba cek TV-nya masing-masing, lihat, sudah digital atau belum. Kalau belum, dua alternatifnya kalau punya budget tukar TV ke digital, tapi kalau tidak punya budget maka gunakan yang namanya set top box," jelasnya.

Ramli menjelaskan set top box merupakan suatu alat yang bisa dihubungkan ke perangkat televisi, sehingga perangkat yang analog secara otomatis beralih ke digital.

"Harganya (alat set top box) di pasaran bisa 150 ribu sampai 250 ribu, tapi intinya sama dengan kalau kita beli pulsa bulanan," ujarnya.

Baca Juga: Kominfo Blokir TikTok Cash, Nonton Video Bisa Dapat Uang

Ramli juga mengajak masyarakat untuk beralih ke penyiaran digital agar bisa menyaksikan beragam konten.

"Jadi saya ingin mengajak masyarakat segera beralih ke digital juga, karena banyak sekali konten-konten yang ditawarkan oleh stasiun TV sekarang secara simultan yang sudah digital. Saya mendapat laporan terus dari stasiun TV bahwa dia sudah membuka digital di daerah mana saja dan begitu saya cek bagus sekali," tandasnya.

Menurutnya, keuntungan lain dari aspek teknologi adalah terjadi penghematan yang signifikan, "Karena kalau misalnya dulu yang namanya satu kanal itu hanya bisa digunakan oleh satu TV, Kalau di sini bisa sampai 12 TV," jelasnya.

Baca Juga: Penyebar Konten Pornografi bisa Penjara, Kominfo Take Down Link Video Syur Mirip Gisel di Medsos

Dengan rasio 1 banding 12 tersebut, penyelenggara penyiaran dinilai tidak harus mempunyai infrastruktur multiplexer. Sama halnya dengan teknologi 5G yang secara otomatis mempunyai 112 MHz di frekuensi 700 akan terdorong lebih cepat.

"Saat ini masyarakat keluhannya hanya satu, sinyal internet jelek dan seterusnya, antara lain karena frekuensi kita terbatas," papar Ramli.

Sedangkan keuntungan dari sisi ekonomi, Ramli menyontohkan jika 10% broadband internet bertumbuh, akan ada dampak sekitar 1,25 persen untuk pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: PON Papua 2021 Siap Digelar Tanpa Penonton, Disiarkan Melalui Televisi

"Ini kan sebetulnya spektakuler dan sekarang kita rasakan ketika semua orang berhenti berkegiatan seperti di mall tutup, tempat wisata tutup dan lain-lain, tapi yang namanya perdagangan online jalan terus, karena apa? Karena internet," ujarnya.

Dikatakannya lagi, salah satu sektor yang tidak bisa dibatasi oleh pandemi Covid-19 adalah akses ekonomi melalui jaringan telekomunikasi.

"Kita bisa menyaksikan sekarang begitu banyak mungkin jutaan orang yang tadinya mungkin tidak punya pekerjaan, jadi punya pekerjaan minimal jadi driver gojek. Kalau kita masih (jaringan seluler) 2G atau 3G, gak mungkin ada Gojek yang bisa beroperasi dengan fasilitas online seperti itu," tandasnya. ***

Editor: Wilda Wijayanti

Sumber: Kominfo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah