Bencana industri ini ada aspek sosial dan teknis serta harus diidentifikasi terkait pemicu dan penyebabnya.
"Lalu yang pernah saya alami sendiri itu bencana industri seperti yang terjadi di Fukushima Nuclear Accident pada 2011. Rumah saya sekitar 200 KM, sekitar Jakarta - Bandung, saat itu masih jarang orang menggunakan APD lengkap seperti sekarang ini melekat dengan kehidupan sehari-hari. Ini juga sebenarnya bagian dari aspek kegagalan teknologi atau bencana industri tadi," jelasnya.
Baca Juga: INNALILLAHI! Mahfud MD Sampaikan Kabar Duka: Almarhum Adalah Tokoh Terbaik Polri
Kemudian di Indonesia juga sempat terjadi bencana industri yakni semburan Lumpur Sidoarjo (Lapindo), yang dampaknya kepada penghidupan.
"Ketika berbicara industrial disaster, seperti di Sidoarjo itu adalah pencemaran logam berat akibat pembuangan lumpur porong. Kalau pencemaran teluk Jakarta itu hal biasa, tapi itu juga sudah sangat mengkhawatirkan," ungkapnya.
Selain itu, di Jawa Barat juga sama dalam hal ini bencana industrial yang mengakibatkan pencemaran lingkungan sungai Citarum.
Baca Juga: Tanggapi Heboh Aisha Wedding, Pakar Ilmu Keluarga Ini Bicara Pentingnya Persiapan Usia Pernikahan
"Bahkan di Citarum itu ada kantung darah bertuliskan HIV Aids itu bisa ditemukan dan kemudian itu menjadi mainan sama anak-anak, ini juga hal yang sangat miris untuk kita ketika masuk ke dalam aspek industrial disasaster, yang dampaknya kontekstual antropologi jika dikaitkan dengan sosial ekologi," katanya.
Jika bicara pencemaran lingkungan berupa logam berat seperti yang terjadi di Sidoarjo, Teluk Jakarta, dan Citarum, kata dia cukup beragam dampaknya.
"Bahkan saat masuk ke penambangan liar, di pedalaman Sumatera Utara dan Sumatera Barat, beberapa kali kita menerima laporan ada seorang bayi yang cacat akibat pencemaran perairan karena airnya dikonsumsi ibu hamil hingga terjadi stunting," ungkapnya.