Cak Nun: Kalau Ada Kelompok Islam Sangat Keras, Bisa Jadi Merupakan Rekayasa yang Berkuasa

8 Desember 2020, 11:30 WIB
Cak Nun/YouTube /

ISU BOGOR - Budayawan Emha Ainun Najib alias Cak Nun menduga munculnya kelompok-kelompok Islam garis keras lebih dikarenakan adanya rekayasa rezim yang berkuasa.

Bahkan Cak Nun menyebut dalam pemetaan politik modern, umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sudah terlalu lama ditindas.

"Didalam pemetaan politik modern ini kan memang umat islam inikan ditindas habis-habisan, nah diantara kaum muslimin ini ada yang tidak kuat," ungkap Cak Nun dalam saluran YouTube CakNun.com yang diunggah 1 Desember 2020.

Baca Juga: Beredar Video Cak Nun Blak-blakan Bela Habib Rizieq yang Dikaitkan dengan Penari Striptease

Baca Juga: Ini Alasan Cak Nun Tak Mau Dipanggil ke Istana Negara, Diantaranya Takut Jokowi Turun!

Baca Juga: Tanggapi Tewasnya 6 Anggota Laskar FPI, Cak Nun: Menunggu Presiden Ucapkan Belasungkawa

Sehingga, lanjut Cak Nun, munculnya fenomena seruan jihad melalui adzan hingga kekerasan yang terjadi di Sigi, Sulawesi Tengah adalah bentuk kelaziman, namun juga bisa disebabkan rekayasa.

"Tapi ada juga teori lain, jadi misalnya, kalau ada kelompok islam yang sangat keras, itu juga dalam satu kemungkinan lain, bisa merupakan rekayasa dari yang berkuasa," tegasnya.

Ia mencontohkan dengan keisengan di pesantrean untuk memancing kemarahan seorang santri, saat tidur ditaburi cabai rawit.

Cak Nun saat menanggapi Adzan Jihad di saluran YouTube CakNun.com yang diunggah 1 Desember 2020. Tangkapan layar YouTube CakNun.com

"Sehingga saat bangun di pagi hari tubuhnya gatal semua, terus dia jadi pemarah, nah kemudian kalau dia marah melakukan sesuatu yang destruktif, keamanan bisa menghukumnya,"

"Jadi orang dirangsang dan dikasih pacuan untuk supaya marah, dan ekspresi marahnya itu berbuah kriminal dan seterusnya sehingga ada alasan untuk menghukum," ungkapnya.

Baca Juga: Habib Rizieq Minta Umat Islam Tak Perlu Khawatir dengan Sikapnya Sepulang dari Arab Saudi

Baca Juga: Presiden Prancis Terus Sebut Terorisme Islam, Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei Kutuk Eropa

Baca Juga: Klarifikasi Presiden Emmanuel Macron Terkait Karikatur Nabi: Saya Paham Kemarahan Umat Islam

Hal tersebut, kata suami dari Novia Kolopaking itu, bisa saja terjadi dalam sebuah negara, bahkan di politik internasional.

"Jadi bisa saja tokoh islam yang sangat keras, itu juga bagian dari rekayasa rezim atau kekuasaan, bisa saja,"

"Karena ini (gonjang-ganjing selama ini) sekeras-kerasnya tapi belum sampai kriminal, (kemudian) dipancing supaya kriminal, sehingga punya alasan untuk menumpas, itu juga sebuah teori," tandasnya.

Meski demikian, Cak Nun menyatakan apa yang disampaikannya itu bukanlah sesuatu yang mutlak.

"Saya tidak mengatakan begitu, tapi hidup itu sebegitu kayaknya sehingga ada kemungkinan begitu," ujarnya.

Cak Nun memandang peristiwa akhir-akhir ini yang dilakukan kelompok Islam jika dilihat dari perspektif sosial politik, tidak bisa dilepaskan dari sejarah.

Baca Juga: Uni Emirat Arab Bela Sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang 'Anti' Islam

Baca Juga: Presiden Prancis Macron Paham Akan Kemarahan Umat Islam, Sebut Orang yang Membencinya Keliru

Baca Juga: Bela Islam, Habib Rizieq Serukan Demo Prancis di Jakarta dan Bandung

"Itu bisa kita lihat dari sejarah, saya melihat bahwa sebenarnya umat islam itu, secara nilai maupun manusianya, umat islam atau muslimin, memang sudah mengalami sakit hati yang luar biasa dalam waktu yang sangat panjang,"

"Saya menyebut sudah sampai sekitar 4-6 abad, itu nilai islam disepelekan, diinjak-injak, tidak diakui dan seterusnya," katanya.

Mulai dari urusan penjajahan pada bangsa-bangsa tertentu (Timur Tengah), atau kooptasi penginjak-injakan, dari kelompok lain kepada kelompok Islam dan seterusnya.

"Sehingga saya memahami, sangat lazim bahwa umat islam, kaum muslimin itu merasa sakit, diinjak-injak disalahpahmi, dari zaman renaissance sampai globalisasi,"

"Jadi mereka itu terlalu lama merasa sakit, nah diantara orang-orang merasa sakit ini kan, ada sebagian yang tidak tahan,"

"Sehingga meladeninya dengan kesabaran, tawakal, iman, kepercayaan kepada Allah. Tapi ada yang mentok akhirnya tidak kuat, terjadilah Sigi (pembunuhan) atau terorisme dan segala macam, jadi saya mencoba memahaminya itu juga lazim," tandasnya.

Baca Juga: Presiden Prancis 'Hina' Islam, Organisasi Muslim Eropa Sebut Emmanuel Macron Pemimpin Gagal

Baca Juga: Media Prancis Soroti Kecaman Jokowi Soal Presiden Emmanuel Macron 'Menghina' Islam

Baca Juga: Jokowi Pernah Nge-Vlog Bareng, Kini Mengecam Presiden Prancis Emmanuel Macron Karena Hina Umat Islam

Sebab, lanjut dia, sebagai manusia jika diinjak kemudian diam saja, itu sudah tidak normal.

"Misalnya saya menghina bapakmu, sampai tiga kali terus kamu tidak marahkan tidak lazim, trus kamu menendang kepala saya sangat lazim. Jadi kelaziman itu harus kita pelajari juga," paparnya.

Maka dari itu, Cak Nun melihat peristiwa Sigi dan beredarnya video hayaalaljihad itu adalah alami.

Karena itu reaksi sebagian dari suatu kelompok yang ditindas berabad-abad, sehingga mereka ada yang mencoba menanggapinya dengan tangan.

"Jihad biyadihi atau dengan tangan, dan itu oleh rezim disebut sebagai terorisme. Atau melalui lisan dengan hayaalal jihad atau hayaalal qital, bagi saya itu lazim-lazim saja,"

"Tapi saya tidak mengatakan itu boleh ya. Boleh dan tidak boleh lain masalah ini," pungkasnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Tags

Terkini

Terpopuler