Nabi Muhammad Dihina Ulang Charlie Hebdo, Presiden Emmanuel Macron: Kami Miliki Kebebasan

5 September 2020, 17:04 WIB
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron /Radio France International/

ISU BOGOR - Pantas Charlie Hebdo media satir di Prancis kian 'ngelunjak' dan berani dalam mempublikasikan kembali (menghina ulang) gambar Rasulullah Muhammad SAW dalam bentuk kartun, Selasa 1 September 2020.

Pasalnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menolak untuk mengutuk keras tindakan majalah di negaranya tersebut menerbitkan ulang gambar Muhammad SAW.

Tak ayal sikap dan pernyataan orang nomor satu di Prancis itu menuai reaksi keras dari kalangan umat Islam seluruh dunia. Seolah tindakan Charlie Hebdo diperbolehkan di negaranya.

Dikutip IsuBogor.com dari DW.com yang melansir pernyataan Macron menolak untuk mengutuk keputusan Charlie Hebdo dalam menerbitkan kembali gambar Nabi Muhammad.

Baca Juga: Nabi Muhammad SAW Dihujat Dalam Lagunya, Penyanyi Nigeria Ini Dijatuhi Hukuman Mati

Baca Juga: Banyak Desakan Rocky Gerung Dipenjara, Refly Harun Berkisah Nabi Muhammad SAW dan Bahaya Demokrasi

Baca Juga: Terus Bela Media Penghina Nabi Muhammad, Presiden Emmanuel Macron Sebut Islam Agama Krisis di Dunia

POTRET cover depan majalah Charlie Hebdo pada 1 September 2020.

Pernyataan Macron ini terucap ketika umat Islam di seluruh dunia memprotes pengumuman redaksi Majalah satir Charlie Hebdo untuk kembali menerbitkan kartun Nabi Muhammad SAW.

Padahal tindakan Charlie Hebdo itu telah banyak menimbulkan korban jiwa dan memicu aksi-aksi terorisme di Prancis. Seperti yang terjadi Januari 2015 lalu kantornya sempat menjadi target pembantaian kelompok bersenjata yang diduga akibat kartun Nabi Muhammad SAW.

Menurut Macron itu bukan tempatnya untuk memberikan penilaian atas keputusan Charlie Hebdo untuk menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Gus Nur Ditangkap, Netizen: Bagaimana Abu Janda, Denny Siregar dan Ade Armando?

Baca Juga: Mengejutkan dan di Luar Dugaan, I-LAND : Ta-Ki Tereleminasi, Daniel Bertahan

Ucapannya itu diungkapkan selama kunjungan ke Lebanon. Ia mengatakan penting bagi warga Prancis untuk menghormati satu sama lain, dan menghindari "dialog kebencian" tetapi dia tidak akan mengkritik keputusan majalah satir untuk menerbitkan ulang kartun itu.

Penayangan ulang kartun Nabi Muhammad SAW itu untuk menandai dimulainya persidangan minggu ini terhadap tersangka kaki tangan dalam serangan itu.

"Di luar persidangan yang akan dimulai besok, dan saya tidak perlu mengungkapkan diri saya tentang hal ini sebagai presiden, kami akan memikirkan semua yang jatuh," kata Macron.

Baca Juga: Segera Berlangsung, Link Live Streaming Persib Bandung Vs Persikabo Bogor, Kuipers Janji Cetak Gol

Kebebasan berbicara

Macron memuji nilai-nilai demokrasi dan kebebasan berbicara. "Tidak pernah menjadi tempat presiden Republik untuk memberikan penilaian atas pilihan editorial jurnalis atau ruang redaksi, tidak pernah. Karena kami memiliki kebebasan pers."

"Di Prancis ada kebebasan menghujat yang melekat pada kebebasan hati nurani. Saya di sini untuk melindungi semua kebebasan ini. Di Prancis, orang bisa mengkritik presiden, gubernur, penistaan," katanya.

Macron juga memberikan penghormatan kepada para korban serangan Januari 2015. Pada Rabu hari pertama persidangan.

Baca Juga: Positif Covid-19, Gelandang Man United Pogba Dicoret Timnas Prancis

"kita semua akan memikirkan perempuan dan laki-laki yang ditembak secara pengecut karena mereka menggambar, menulis, mengoreksi, ada di sana untuk membantu, menyampaikan," ungkapnya.

Pada 7 Januari 2015, dua pria memaksa masuk ke kantor Charlie Hebdo di Paris. Berbekal senapan dan senjata lainnya, mereka membunuh 12 orang dan melukai 11 lainnya di ibu kota Prancis.

Orang-orang bersenjata itu mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota kelompok teroris Islam.

Baca Juga: Polisi Masih Identifikasi Korban Predator Anak Asal Prancis  

Indonesia dan Iran Kecam Charlie Hebdo

Menyikapi tindakan provokatif tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan dengan tegas bahwa Indonesia mengecam tindakan publikasi ulang kartun Nabi Muhammad oleh Majalah Charlie Hebdo.

Marsudi bilang hal tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab dan telah melukai perasaan jutaan umat Muslim di dunia.

"Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab, provokatif dan telah melukai ratusan juta umat Muslim di dunia," ungkap Retno dalam konferensi pers virtual, Jumat 4 September 2020.

Menurut Retno keputusan tersebut jelas bertentangan dengan demokrasi dan berpotensi menimbulkan perpecahan antar umat beragama.

"Bertentangan dengan prinsip dan nilai demokrasi dan berpotensi menyebabkan perpecahan antar umat beragama ditengah dunia memerlukan persatuan untuk menanggulangi pandemi Covid-19," tegasnya.

Charlie Hebdo adalah majalah satire asal Perancis. Berdiri tahun 1970 dan sudah terkenal sejak dulu karena kartunnya yang beresiko dan keberanian mengejek para politisi, tokoh terkenal hingga simbol-simbol agama.

Para demonstran di Karachi, Pakistan turun ke jalan untuk menentang penerbitan ulang karikatur Nabi Muhammad oleh majalah Charlie Hebdo.* /Reuters/Akhtar Soomoro/

Dikutip IsuBogor.com dari AFP terkait pengumuman penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad di majalah itu dilakukan Selasa 1 September 2020 untuk menandai dimulainya persidangan penyerangan kantor mereka pada 2015.

"Kami tidak akan pernah tunduk. Kami tidak akan pernah menyerah," tulis editor Laurent "Riss" Sourisseau dalam tajuk rencana penerbitan ulang kartun tersebut seperti dikutip dari AFP.

Dua belas orang termasuk beberapa kartunis terkenal di Perancis terbunuh pada 7 Januari 2015 saat dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi menyerang kantor media itu di Paris.

Charlie Hebdo kembali mencetak karikatur Nabi Muhammad dengan mencantumkan nama korban penyerangan 2015

Para pelaku tewas setelah penyerangan itu, sementara 14 tersangka lainnya saat ini tengah diadili. Bahkan, tim editorial Charlie Hebdo juga sempat menulis bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk menerbitkan ulang kartun tersebut.

"Kami sudah sering diminta sejak Januari 2015 untuk mencetak karikatur lain dari Muhammad," katanya.

Sekadar diketahui, gambar sampul Charlie Hebdo pekan ini merupakan kartun yang pertama kali diterbitkan harian Denmark Jyllands-Posten pada 2005 dan kemudian dicetak ulang oleh Charlie Hebdo pada 2006.

Baca Juga: Didoakan Jokowi di Twitter, Shinzo Abe Balas Pakai Bahasa Indonesia

Sikap serupa dilontarkan pemerintah Iran terkait penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad SAW oleh majalah Prancis Charlie Hebdo dan menyebutnya sebagai provokasi.

Publikasi ulang kartun Nabi Muhammad itu dilakukan menandai dimulainya persidangan kasus serangan teror kantor redaksi Charie Hebdo di Paris pada 2015. Sidang perdana digelar pada Rabu 2 September 2020 di Paris.

Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan, penerbitan ulang kartun juga merupakan penghinaan terhadap lebih dari 1 miliar umat Islam seluruh dunia. Kartun Nabi Muhammad pertama kali diterbitkan surat kabar Denmark pada 2005.

Baca Juga: Bejat, Predator Asal Prancis Setubuhi 305 Bocah  

"Tindakan ofensif oleh media Prancis merupakan provokasi," bunyi pernyataan Kemlu Iran, dikutip dari AFP, Jumat 4 September 2020.

"Setiap penghinaan atau pelecehan terhadap nabi umat Islam atau nabi lainnya (Yahudi dan Kristen yang juga diakui umat Islam) benar-benar tidak bisa diterima."

Kemlu Iran menyerukan agar kebebasan berekspresi digunakan secara cara dan konstruktif untuk menempa pemahaman yang lebih baik antaragama.

Serangan pada 7 Januari 2015 itu menewaskan 12 orang, termasuk beberapa kartunis terkenal Prancis. Otak serangan adalah dua bersaudara Said dan Cherif Kouachi.

Sebagian pelaku tewas setelah serangan tersebut. Ada 14 orang terkait dengan serangan yang juga menargetkan supermarket milik warga Yahudi tersebut yang disidang di Paris.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: AFP DW

Tags

Terkini

Terpopuler