Inggris Boikot Twitter Atas Serangan Rasis Online Pemain Sepakbola 'Kulit Hitam', 1.000 Cuitan Dihapus

12 Juli 2021, 22:56 WIB
Logo Twitter //Pixabay

ISU BOGOR - Masalah pelecehan rasis online terhadap pemain menyebabkan otoritas sepak bola Inggris secara singkat memboikot platform media sosial Twitter sebelum turnamen.

Dikutip dari Reuters, seorang juru bicara Twitter mengatakan mereka telah menghapus lebih dari 1.000 cuitan.

Kemudian secara permanen menangguhkan sejumlah akun dengan mengatakan pelecehan rasis yang menjijikkan tidak memiliki tempat di platform.

Baca Juga: Muak Terhadap Rasis Online Terhadap Pemain Sepakbola Kulit Hitam, Pangeran William: Menjijikan

Diketahui , tiga pemain tim nasional (timnas) Inggris berkulit 'hitam' mendapat pelecehan rasis secara online.

Ketiganya adalah Marcus Rashford, 23, Jadon Sancho, 21, dan Bukayo Saka, 19. Mereka dicecar warganet setelah Timnas Inggris gagal dalam final Euro 2020.

Kegaduhan ini menyeret kecaman luas dari manajer skuad Gareth Southgate bersama dengan bangsawan dan politisi.

Dalam adu penalti dengan Italia terjadi dalam babak final Euro 2020 hari Minggu, 11 Juli 2021 karena pertandingan berakhir imbang 1-1.

Pelecehan online terhadap tiga pemain itu telah daalm penyelidikan polisi dan kecaman balik secara meluas.

Meskipun disayangkan, kritikus menuduh beberapa menteri nampak munafik karena menolak untuk mendukung sikap anti-rasis yang dibuat para pemain selama turnamen.

"Bagi beberapa dari mereka, dilecehkan tidak bisa dimaafkan. Sebagian dari luar negeri, kami diberitahu ini, tetapi sebagian dari negara ini," kata Southgate dalam konferensi pers.

Baca Juga: Perdana Menteri Inggris diserang Partai Oposisi Soal Gaduhnya Rasis Onilne Pemain Sepakbola Kulit Hitam

Padahal di sisi lain, tim nasional Inggris telah mendapatkan pujian atas sikap mereka melawan rasisme.

Ada sejumlah pemain juga berkampanye untuk tujuan sosial lainnya. Susunan tim yang multi-ras telah dipuji sebagai cerminan Inggris modern yang lebih beragam.

Tim telah menyoroti masalah rasisme dengan berlutut sebelum semua pertandingan mereka.

Aksi itu dilakukan sebagai protes yang dibuat oleh pesepakbola Amerika Colin Kaepernick dan diikuti oleh gerakan Black Lives Matter tahun lalu, sebagai pertunjukan sederhana solidaritas melawan diskriminasi rasial.

Namun, beberapa penggemar mencemooh gerakan itu, dengan kritik melihatnya sebagai politisasi olahraga dan ekspresi simpati dengan politik sayap kiri.

Dikabarkan, beberapa menteri tidak mau ikut mengkirik tindakan penggemar tim sepakbola Inggris yang menyerang pemain kulit hitam itu.***

Editor: Chris Dale

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler