Fenomena Lintang Kemukus Menurut LAPAN Belum Bisa Dipastikan Nama Jenis Benda Luar Angkasa Tersebut

- 13 Oktober 2020, 11:40 WIB
Tangkapan layar heboh Lintang Kemukus muncul di Langit Jawa pada Sabtu malam 10 Oktober 2020.
Tangkapan layar heboh Lintang Kemukus muncul di Langit Jawa pada Sabtu malam 10 Oktober 2020. /Instagram @ndorobeii

Baca Juga: Fenomena Lintang Kemukus Menurut Astrophile, Legenda Keris Majapahit dan Istilah 'Berambut Panjang'

"Lain halnya dengan zaman nenek moyang kita yang masih sangat minim polusi cahaya, sehingga fenomena Lintang Kemukus itu bisa diamati dengan mudah," paparnya.

Sekadar diketahui, Sabtu malam 10 Oktober, masyarakat di di pulau Jawa, khususnya di Tuban, Yogyakarta dan Jawa Tengah hingga Karawan, Jawa Barat sempat dibuat heboh dengan kemunculan Lintang Kemukus. Dikutip dari akun instagram @ndorobeii menyebut "Area tuban apakah kalian melihanya, apakah itu," tulisnya.

Praktis, unggahan Lintang Kemukus tersebut membuat geger netizen yang mengikutinya. "Sauron ini mah... Muncul saat akhir2 jaman.... Yg paham aja.. wkwkwkw cek google kalo gak tau sauroon.." tulis @
andryjatmiko88.

Baca Juga: Heboh Fenomena Lintang Kemukus Juga Terjadi di Negara Ini dengan Sebutan Fireball, Ini kata LAPAN

"Aku td liat sumpah, bentar bgt lewatnya, di Karawang (Jawa Barat) .. huhu aku kira petir, emang apa ini min?," kata @lianidian. Sementara ada pula netizen dengan akun @saefulohsafitri menyebut "Kata orang tua jaman dulu itu pertanda sebuah negeri dalam bahaya," katanya.

Sementara itu dikutip dari Historia.id, Lintang Kemukus dipercaya sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah.

Terkadang ia muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur. Hantu bernama Lampor itu kerap menimbulkan suara gaduh. Suaranya berasal dari iringan kereta kuda dan derap kaki pasukan.

Baca Juga: Fenomena Lintang Kemukus Muncul di Langit Jawa, Antara Mitos dan Tetengger Pagebluk

Beberapa masyarakat Jawa mempercayai kalau mereka adalah pasukan Nyi Roro Kidul yang tengah bergerak dari Laut Selatan ke Gunung Merapi atau Keraton Yogyakarta.

Halaman:

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Historia.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x