ISU BOGOR – Usai pertandingan babak 16 besar Piala Dunia antara Jepang vs Kroasia, pelatih timnas Jepang Hajime Moriyasu, menjadi sorotan karena menundukkan tubuhnya kepada para supoter Jepang yang rela hadir ke Qatar.
Sikap Moriyasu tersebut sebagai simbol permohonan maaf dirinya dan skuad Jepang kepada para fans malam tadi usai Jepang kalah adu pinalti melawan Kroasia.
Jepang kalah terhormat usai tersingkir di babak 16 besar, pasalnya mereka menjadi salah satu tim Asia yang mampu menjuarai grup neraka dan mengalahkan tim-tim besar seperti Jerman dan Spanyol.
Bahkan, saat pertandingan melawan Kroasia mereka bisa mengimbangi tim lawan. Jepang mampu menguasai bola sebanyak 41 persen dan melesatkan 14 tembakan dengan 4 tembakan kearah gawang.
Baca Juga: Info Skor Akhir Piala Dunia 2022: Jepang vs Kroasia Adu Penalti 1-3
Sikap yang ditunjukkan Moriyasu tersebut memang hal yang biasa bagi bangsa Jepang tetapi tetap bernilai tinggi karena dilakukan sebagai permohonan maaf atas sebuah kekalahan. Hal tersebut jarang dimiliki oleh negara lain.
Inilah salah satu identitas budaya Jepang, bersikap ksatria yang bukan saja mampu mengakui kekalahan, mengakui kemenangan pihak lawan serta memohon maaf kepada siapapun yang telah mendukung mereka.
Suporter Jepang juga menunjukan sikap tersebut dengan tetap membersihkan stadion usai pertandingan walaupun timnya kalah dan tersingkir. Sebelumnya, aksi para supoter ini menjadi trending sejak Piala Dunia dimulai.
Jepang memang kalah, tapi mereka tidak pernah menyerah. Sebuah simbol dan sikap yang bagus dari Moriyasu dan skuad Jepang.
Sikap bangsa Jepang ini biasa disebut dengan Ganbatte Kudasai yang merupakan sebuah ungkapan yang mengandung banyak makna bagi bangsa Jepang.
Di lansir dari buku berjudul "Ganbatte Kudasai! Karakter Jepang yang Mensukseskan!" karya Azhari, ungkapan ini mengandung unsur motivasi dan semangat untuk terus berjuang dan pantang menyerah.
Sikap Jepang yang mampu membawa Sepakbolanya ke level dunia layak menjadi contoh bagi negara Asia lainnya.***