Maka dari itu, banyak pendaki-pendaki itu yang selalu diberi pesan saat naik gunung untuk menjaga omongan dan jaga sikap.
"Jaga prilaku, jadi ada kasus pendaki malam, jalan malam, ada dua pendaki yang bicaranya teet teet (sompral atau tidak sopan), tiba-tiba ada ghaib yang menutup begini," ungkap Den Ananda.
Baca Juga: Mbah Mijan Sebut Baim Wong Tanpa Tersandung Kasus Kakek Suhud: Nggak Dapat Pelajaran Berharga
Kemudian, pendaki yang dibelakang, kata Den Ananda, pendaki yang dibelakang itu adalah yang kedua.
"Padahal ini (pendaki yang didepan) nggak tahu kemana," ungkap Den Ananda.
Sementara itu, Mbah Mijan menegaskan bahwa ketika pendaki gunung yang bicaranya tidak dijaga atau tidak karuan.
"Atau mungkin juga tingkah lakunya kurang ajar itu bisa ditutup oleh sosok ghaib, di duplikasi seperti teman-temannya, padahal teman-teman yang asli sudah jalan duluan," ungkap Mbah Mijan.
Baca Juga: Kabar Kehamilan Lesti Kejora Jadi Polemik, Mbah Mijan: Urus Saja yang Kumpul Kuda
Selanjutnya, Den Ananda menjelaskan penyebab kedua yaitu dari segi feel atau perasaan ghaib yang menyukai manusia.
"Jadi ghaib itu suka dengan manusia. Bahasanya gini, pendaki baik positif, tiba-tiba ini ghaib senang dengan dia, tiba dia ajaklah, cuma itu terjadi kebanyakan saat terjadi simpangan (cagak) " ungkap Den Ananda.