"Kita hanya mengubah antigennya menjadi antigen rekombinan Covid-19. Artinya kita bisa menyesuaikan kapan aja, mau mutasi kaya apa bisa kita sesuaikan," sambungnya.
Ia menjelaskan, dampaknya adalah ketahanan kesehatan nasional menghadapi pandemi ini bisa diatasi dengan membuat imunitas yang baik untuk setiap warga negara.
Baca Juga: Tanggapi Polemik Vaksin Nusantara, DPR: Minta Tidak di Adu dengan BPOM
"Probelem kedepannya orang selalu berpikir bagaimana ini bisa massal. Urusa massal simpel sekali, itu urusan inovasi yang akan gampang sekali kita buat. Penyimpanannya juga tidak memubutuhkan inkubator khusus yang sangat simpel," tutur dr Terawan.
Hal paling penting yakni memublikasikan untuk menjadi eviden.
"Itu kuncinya, tidak usah berdebat seolah vaksin ini kaya apa, ini gak penting. Nama itu juga sudah dunia katakan namanya sebagai dendritik sel vaksin imunoterapi. Kita menyebutnya di Indonesia yang gampang ya Vaksin Nusantara," tandasnya.
Ia menjelaskan, Vaksin Nusantara merupakan karya yang sudah dirintis oleh TNI AD khususnya RSPAD Gatot Subroto.
"2015 kita sudah memulainya. Kita sudah ada teknologinya, tinggal mengembangkannya dan kita bisa menjadi negara pertama di dunia yang mengembangkan dendritik sel vaksin imunoterapi yang dunia juga sudah menyetujui menjadi atau menghipotesiskan untuk mulai mengakhiri (pandemi) Covid-19," katanya.
Soal hipotesisnya diterima atau ditolak, menurut dr Terawan itu tidak menjadi persoalan.