ISU BOGOR - Rumah Sakit (RS) darurat pasien Covid-19 di Wisma Cibogo, Puncak Bogor Jawa Barat belum difungsikan membuat Bupati Bogor Ade Yasin geram.
Bupati Bogor, Ade Yasin meninjau rumah sakit darurat yang telah diresmikan sejak November 2020 namun sampai saat ini belum difungsikan.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini sangat dibutuhkan orang-orang yang bisa bekerja dengan risiko.
Baca Juga: Gemar Berbelanja? Berikut 5 Tips Hemat Belanja Online
Baca Juga: Mesum di Halte Senen, Pemeran Cewek Mengaku Baru Kenal dengan Pasangannya
"Kita butuh orang-orang yang kerja dengan risiko. Risiko penularan dan lain-lain. Tapi ini risiko sebetulnya bisa berkurang ketika disediakan APD (Alat Pelindung Diri). Jadi rekrutmen relawan yang lambat," ujarnya.
Ia merasa prihatin karena tidak sedikit pasien Covid-19 yang kesulitan mendapatkan tempat isolasi.
Pasalnya, belakangan angka penularan Covid-19 di Kabupaten Bogor terus meningkat drastis.
Menurut Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Bogor, saat ini masyarakat banyak yang minta untuk isolasi mandiri padahal situasi rumah tidak memenuhi syarat.
"Contoh, kamar mandi hanya satu atau kamarnya tidak bisa sendiri. Ini yang berbahaya, satu orang bisa menularkan ke seluruh anggota keluarga," ujarnya.
Ade Yasin meminta kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor untuk segera mengaktifkan pusat isolasi berkapasitas 60 tempat tidur.
"Saya minta ini segera diaktifkan ini sudah lengkap fasilitasnya. Saya minta bagi OTG (Orang Tanpa Gejala) yang tidak memenuhi syarat isolasi mandiri di rumahnya, dibawa ke sini untuk kita isolasi sesuai protokol kesehatan," ujarnya.
Baca Juga: Pemeran Wanita Perbuatan Mesum di Halte Senen Dibayar 22 ribu
Baca Juga: Covid - 19 di Indonesia, Menuju 1 Juta Kasus
Selain itu, Ade Yasin meminta Dinkes untuk segera menyediakan 12 tenaga kesehatan (nakes) yang terdiri dari empat dokter dan delapan perawat.
Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan jika pusat isolasi tersebut dihuni oleh 60 pasien Covid-19.
"Sebanyak 12 nakes itu akan bekerja dengan sistem, shift, pergantian shift dilakukan setiap 14 hari sekali," ujarnya.
"Di rumah isolasi pasien Covid-19 ini, pasien laki-laki dan perempuan tidak disatukan tetapi dibagi menjadi dua blok," lanjutnya.***