Gempa Magnitudo 6,0 Guncang Sumbar, BPBD: Getaran Cukup Kuat dan Belum Ada Laporan Koban Jiwa

- 17 November 2020, 13:35 WIB
Ilustrasi Gempa
Ilustrasi Gempa /Pixabay

ISU BOGOR - Gempa bumi dengan Magnitudo 6,0 yang mengguncang Tuapejat, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) pada pukul 08.44 WIB, Selasa 17 November 2020, dipastikan tak berpotensi Tsunami dan belum ada laporan korban jiwa atau luka-luka.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Mentawai, Novriadi. Ia juga menyebut gempa bumi dangkal itu terasa sangat kuat di wilayahnya.

"Namun, sejauh ini belum ada laporan korban jiwa atau luka-luka, dan kerusakan bangunan di Kepulauan Mentawai," kata Novriadi dalam keterangan pers tertulisnya, Selasa 17 November 2020.

Baca Juga: 7 Fakta dan Kebiasaan Sana TWICE yang Jarang Diketahui Banyak Orang

Ia menyebutkan, masyarakat dari berbagai wilayah di Kabupaten Kepulauan Mentawai sempat berhamburan keluar rumah.

"Di wilayah Siberut, gempa dirasakan cukup kuat dan masyarakat keluar rumah," jelasnya.

Kemudian, lanjut Novriadi, di Pulau Sipora guncangan gempa juga terasa kuat. Begitu juga di wilayah Pagai dan Sikakap, sebagian besar masyarakat keluar rumah untuk menyelamatkan diri.

Baca Juga: Login https://info.gtk.kemdikbud.go.id/ Cek BLT Gaji Guru Honorer Cair Hari Ini, 17 November 2020

Meski demikian, kata Novriadi hingga siang ini belum ada laporan dari masyarakat terkait kerusakan bangunan maupun korban yang ditimbulkan oleh guncangan gempa tersebut.

"Kita terus memantau perkembangan dari masyarakat dan Alhamdulillah masyarakat tidak ada yang mengungsi," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono menyebutkan gempa berkekuatan 6,0 Magnitudo di Tuapejat, Kepulauan Mentawai, Sumbar, terjadi akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone dekat batas tumbukan lempeng.

Baca Juga: Cek BLT Gaji Guru Honorer Penuhi 4 Syarat Ini Lalu Login https://info.gtk.kemdikbud.go.id/

Tak hanya itu, ia menyebutkan berdasarkan hasil pemodelan menunjukkan gempa tersebut tidak berpotensi menyebabkan tsunami menurut BMKG.

Getaran akibat gempa bumi tersebut dirasakan oleh warga di 10 Kota/Kabupaten di Sumbar yakni Padang, Painan, Sipora, Solok, Padang Panjang, Bukittinggi, Pariaman, Kerinci, Pasaman, hingga Kota Payakumbuh.

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut,"

"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi di Sumbar merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas penyesaran di Investigator Fracture Zone," ungkapnya.

Baca Juga: Gempa 6,0 Magnitudo di Sumbar, BMKG Sebut Getaran Terasa hingga 10 Kota dan Tak Berpotensi Tsunami

Menurutnya, hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan mendatar (strike slip fault).

Ia menyebutkan gempa di Tuapejat magnitudonya 6,3 namun kemudian dimutakhirkan menjadi 6,0. Pusat gempa itu berada di laut pada kedalaman 13 km di koordinat 2,90 Lintang Selatan dan 99,07 Bujur Timur, sekitar 112 km arah barat daya Kota Tuapejat.

Pihaknya menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang serta memeriksa kondisi bangunan tempat tinggal dan menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat gempa.

Baca Juga: Gempa 6,3 Magnitudo Guncang Sumbar, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal Anda cukup tahan gempa," katanya.

BPBD Provinsi Sumbar pada Jumat 15 November 2020 sempat menyampaikan himbauan kepada masyarakat Kota Padang agar mewaspadai gempa berkekuatan 8,9 magnitudo sebagai dampak dari patahan Megathrust Mentawai.

Himbauan Gempa dan Tsunami dahsyat tersebut disampaikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) yang menyampaikan pendapat para ahli.

"Setelah Gempa, 20 sampai 30 menit kemudian disusul gelombang Tsunami di Kota Padang,"

"Setinggi 6 hingga 10 meter dengan jarak 2 hingga 5 kilometer," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Provinsi Sumbar Syahrazad Jamil, seperti dilansir Antara, Jumat 15 November 2020.

Baca Juga: Patahan Megathrust Mentawai Picu Gempa Bumi Magnitudo 8,9 di Padang, Disusul Tsunami 10 Meter

Hal tersebut disampaikan, Syahrazad Jamil dalam diskusi virtual terkait upaya pengurangan risiko bencana Gempa dan Tsunami di Provinsi Sumbar.

Ia menyebutkan, bencana alam tersebut diprediksi setidaknya bisa berdampak pada 1,3 juta penduduk.

Dengan menggunakan skenario terburuk, diperkirakan 39.321 jiwa meninggal dunia, 52.367 hilang dan 103.225 mengalami luka-luka.

"Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Minangkabau hancur, itu prediksi para ahli," katanya.

Baca Juga: BMKG Pastikan Belum Ada Potensi Gempa Bumi Susulan di Tenggara Kabupaten Bandung

Sebagaimana diketahui, kata Syahrazad Jamil, Pulau Sumatera sudah mengalami beberapa kali bencana tsunami.

Khusus di Sumbar, Tsunami terjadi di Kepulauan Mentawai pada 25 Oktober 2010 dengan menelan korban jiwa hingga 408 orang.

Guna mewaspadai kemungkinan terburuk tersebut, Provinsi Sumbar melakukan berbagai upaya, di antaranya membangun kemitraan.

Juga koordinasi bersama Non Governmnet Organization (NGO) nasional maupun internasional termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Baca Juga: Analisis BMKG: Gempa 7,1 M Bepusat di Yunani Berdampak hingga Turki Tak Sampai ke Indonesia

Pemerintah Sumbar, lanjut dia, juga bekerja sama dalam pembentukan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) dan kelompok siaga bencana hingga tingkat desa atau kelurahan.

Selanjutnya, kerja sama dengan TNI dan Polri terus diperkuat dalam hal penanggulangan bencana termasuk dengan perguruan tinggi negeri maupun swasta di provinsi tersebut.

Tidak hanya itu, program dan kegiatan pengurangan risiko bencana juga terus dikuatkan dengan membentuk satuan pendidikan aman bencana.

Baca Juga: Viral Video Tsunami Akibat Gempa Turki Magnitudo 7.0, Terdengar Suara Jeritan Hingga Bangunan Hancur

Kemudian, kelompok siaga bencana, latihan evakuasi mandiri dan pembangunan sarana mitigasi serta evakuasi berupa shelter, peta jalur evakuasi, dan peringatan dini.

"Bantuan shelter yang kita bangun memberikan rasa aman bagi masyarakat".

"Apalagi, sejak kejadian gempa 2009 sudah menjamur bangunan seperti hotel yang memberikan rasa aman," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah