Viral Fenomena Awan Lenticular di 7 Gunung di Jawa, Ada Tanda Bahaya di Balik Keindahannya

- 7 November 2020, 08:24 WIB
Awan Lenticular di Gunung Lawu, Kamis 5 November 2020.*
Awan Lenticular di Gunung Lawu, Kamis 5 November 2020.* /Instagram @gunungindonesia

ISU BOGOR - Fenomena alam kemunculan Awan Lenticular atau Lenticular Cloud alias Awan Topi Caping muncul di langit Jawa, Kamis 5 November 2020 membuat heboh jagad mediasosial.

Fenomena awan lencticular atau kerap juga disebut awan jamur atau awan payung tesebut diabadikan dan diunggah ke platform media sosial twitter dan instagram. Bagi para penikmat alam atau pendaki gunung, mungkin sudah tak asing melihat fenomena awan 'cantik' tersebut. Namun bagi awam, banyak mengundang tanya.

Baca Juga: Video Mirip Gisel dan Jedar Marak, Mbah Mijan Sebut Ada Sesuatu dan Terima Kasih Sudah Menyatukan

Baca Juga: Gisel dan #Kasihangempi Tiba-Tiba Trending di Twitter, Fans KPop Kompak Buat Gerakan Ini

Baca Juga: Nikmati Makan Kenyang dan Hemat dengan ShopeePay Deals Rp1

Dikutip dari akun instagram @GunungIndonesia yang merangkum dari para followernya, menyebut "Gunung Jateng (Jawa Tengah) dan Jatim (Jawa Timur) pagi tadi kompak sekali. Awan lenticular yang menyelimuti terlihat indah dari bawah, namun badai menerjangmu diatas gunung,"

"Tetap utamakan persiapan dan keselamatan lur yang punya agenda muncak," tulisnya yang mencantumkan sumber foto dan video yang diunggahnya Foto slide 1-2 @Koh_sumin, Foto slide 4 @lukman.hakiem_, Foto slide 3 @dyahkurnia_dk, Foto slide 5 @soega_al_farizie, Video slide 6 @wahyoe_adventure, Video slide 7 @rizkystone.

 

Dari pantauan, foto dan video yang diunggah setidaknya fenomena awan lenticular itu terjadi di 7 gunung yakni Arjuno, Welirang, Sumbing, Sindoro, Lawu, Merbabu dan Merapi.

Fenomena seperti itu kerap terjadi di masa pancaroba atau peralihan musim, bahkan berdasarkan pengalaman dan pantauan Isu Bogor sendiri sempat mengalami di sejulmah gunung. Angin dibawah awan lenticular cukup dahsyat kecepatannya.

Ternyata, awan tersebut bagi para pendaki yang sedang berada di puncak gunung sangat mengancam dan berbahaya. Indah dilihat dari kejauhan tapi bagi mereka yang dibawah awan tersebut sangat mengerikan, layaknya angin puting beliung.

 

Bahkan, siapapun yang berdiri tepat dibawah awan berbentuk topi caping tersebut, akan goyah tertiup angin karena begitu kuat hempasannya.

Bahkan, tak jarang angin dibawah awan tersebut menerbangkan tenda-tenda para pendaki.

Sementara itu, berdasarkan informasi di laman climate4life.info, awan cantik Lenticularis ini menjadi indikator adanya bahaya Gelombang Gunung.

Baca Juga: Jalani Operasi, Suga BTS Buat Postingan Ini di Werverse, ARMY: Aku Gak Bisa Berhenti Nangis

Baca Juga: Operasi Bahu, Suga BTS Tak Akan Ikut Promosi Album Terbaru BE yang Akan Datang 

Masyarakat umum menyebut awan ini sebagai awan topi, awan tudung atau juga awan kanopi karena seolah menjadi penutup yang menyelubungi puncak gunung.

Kemunculan awal Lenticularis tergolong langka karena mekanisme pembentukannya yang unik.

Ahrens, seorang pakar Klimatologii dan Geofisika, dalam bukunya Essential of Meteorology menggolongkan awan lenticularis sebagai subklas awan khusus.

Hal ini karena memang bentuk awan Lentikularis atau awan topi ini yang unik dan juga ketinggian terbentuknya dapat berada pada level awan rendah, awan menengah dan awan tinggi.

Fenomena Awan Lenticular di Gunung Sumbing, Jawa Tengah, pada Kamis 5 November 2020.*
Fenomena Awan Lenticular di Gunung Sumbing, Jawa Tengah, pada Kamis 5 November 2020.* Instagram @gunungindonesia

Berdasarkan hal tersebut maka awan Lenticularis dibedakan menjadi tiga jenis, pertama Stratocumulus standing Lenticular (SCSL), merupakan awan Lenticularis yang terbentuk pada ketinggian kurang dari 2.000 meter.

Kedua, Altocumulus standing Lenticular (ACSL), jika awan Lenticularis tersebut terbentuk pada ketinggiannya antara 2.000 - 7.000 meter.

Dan ketiga Cirrocumulus standing Lenticular (CCSL), adalah awan Lenticularis yang berada pada ketinggian di atas 7.000 meter.

 Sesungguhnya dibalik keindahan awan Lenticularis, terdapat bahaya tersembunyi. Kemunculan awan Lenticularis ini merupakan pertanda keberadaan gelombang gunung.

Gelombang gunung ini akan dapat menyebabkan terbentuknya turbulensi yang berbahaya bagi penerbangan. Akan kita bahas di bagian selanjutnya.

Walaupun awan-awan Lenticularis ini lebih sering terlihat di pegunungan, pada beberapa kejadian langka, awan-awan Lenticularis juga muncul di dataran yang datar/rendah.

Menurut para ahli meteorologi, pembentukan awan Lenticularis pada daerah tersebut bukanlah hasil dari efek gelombang gunung, tetapi lebih dari kecepatan angin yang berfluktuasi karena adanya front di atmosfer.

Mekanisme Terbentuknya Awan Lenticularis

Pada umumnya awan Lenticularis merupakan awan atau kelompok awan yang berbentuk seperti piring atau lensa yang terperangkap dalam lapisan atmosfer bawah. Disebut terperangkap karena awan Lenticularis umumnya nampak diam pada tempat terbentuknya.

Sekilas bentuk awan cantik Lenticularis ini terlihat seperti mitos piring terbang UFO. Beberapa ahli menyatakan kemungkinan awan inilah yang kemudian disebut masyarakat awam soal adanya UFO dari planet lain.

Awan Lenticularis mulai terbentuk ketika arus angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan. Akibat hambatan tersebut, arus udara tersebut bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan.

Jika udara naik tersebut mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung.

Saat udara tersebut melewati puncak gunung dan bergerak turun, proses kondensasi terhenti. Inilah mengapa awan Lenticularis terlihat diam karena awan mulai terbentuk dari sisi arah datangnya angin (windward side) di puncak gunung kemudian menghilang di sisi turunnya angin (leeward side).

Awan Lenticularis, Gelombang Gunung dan Bahaya yang Mengintai

Pada dasarnya udara yang bergerak melewati pegunungan kemudian membentuk awan Lenticularis tidak hanya pada lapisan dekat permukaan bumi saja.

 

Ketebalan arus udara yang bergerak horizontal tersebut mencapai lapisan beberapa kilometer di atas permukaan bumi. Hal ini kemudian menjawab mengapa awan Lenticularis dapat terbentuk pada beberapa lapis ketinggian di atmosfer.

Hambatan pegunungan terhadap terhadap arus angin yang datang secara horizontal kemudian menyebabkan defleksi yang membentuk gelombang gunung yang terjadi di belakang gunung (Leeward side). Seperti terlihat pada gambar berikut.

Mekanisme terbentuknya awan Lenticularis dan gelombang gunung.

Gelombang gunung berasosiasi dengan terbentuknya turbulensi atau golakan udara, arus udara vertikal yang kuat serta pembentukan es. Gelombang gunung tersebut terbentuk jika terdapat kondisi sebagai berikut:

Arah angin berkisar 30 derajat terhadap pada garis tegak lurus terhadap punggung gunung. Kecepatan angin mencapai 15 knot dan akan meningkat terhadap ketinggian.

Baca Juga: Gadis 19 Tahun Dibunuh Sahabat di Depan Ibunya yang Lumpuh, Rambut di Genggaman Korban Jadi Bukti

Baca Juga: Heboh Netizen Ramai-Ramai Pamer PS5, Ternyata Cuma Pakai Filter di Instagram, Begini Caranya !

Lapisan udara stabil terdapat di puncak gunung dengan udara tidak stabil pada bagian punggung gunung.

Kombinasi arus vertikal yang kuat dan gesekan terhadap permukaan ini dapat menyebabkan terbentuknya rotor di bawah gelombang gunung. Rotor inilah yang menyebabkan terjadinya turbulensi hebat.

Rotor atau juga gulungan awan merupakan indikasi terbentuknya turbulensi hebat dekat permukaan bumi di mana angin permukaan dengan arah dan juga kecepatan yang sangat bervariasi.

Adapun pada lapisan atas gelombang gunung akan terbentuk "breaking wave" yang sama juga bahayanya bagi aktivitas penerbangan. Rotor dan breaking wave ini dapat terbentuk hingga puluhan kilometer dari awan Lenticularis di puncak gunung.

Pilot pesawat yang melihat awan Lenticularis ini biasanya akan berusaha menjauhinya.

Seperti pada ilustrasi di atas di sekitar awan cantik ini pesawat akan terhempas oleh turbulensi baik oleh putaran angin karna "rotor" juga hempasan dari "breaking wave" pada ketinggian ACSL hingga CCSL.

Sisi menguntungkan terdapat pada bagian depan gunung tempat awan Lenticularis terbentuk.

Adanya udara naik biasanya dimanfaatkan olahragawan terbang layang untuk menerbangkan pesawatnya.

Namun mereka tetap perlu hati-hati agar tidak terjebak gelombang gunung pada sisi belakang.

Jika terlihat maka itu pertanda adanya bahaya yang terbentuk oleh gelombang gunung.***

Editor: Yudhi Maulana Aditama


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x