Milisi pro-Iran di Irak baru-baru ini membakar markas sebuah stasiun televisi yang dianggap "menghina" Nabi.
Demonstran juga mengadakan protes di berbagai wilayah di Suriah yang dilanda perang, masih di luar kendali pemerintah, membakar gambar Macron, menurut monitor perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Baca Juga: Melalui Medsos, Cristiano Ronaldo Ucapkan Selamat dan Dukung Khabib Pensiun
Menteri Urusan Islam Yordania Mohammed al-Khalayleh mengatakan bahwa "menghina" para nabi "bukanlah masalah kebebasan pribadi, tetapi kejahatan yang mendorong kekerasan."
Komentarnya muncul ketika jaksa Prancis hari Minggu mengatakan dua warga Yordania telah mengajukan pengaduan ke polisi setelah serangan yang tampaknya bermotif rasial di kota Angers.
Pengguna media sosial Libya menyerukan demonstrasi pada Minggu sore - seruan yang digemakan oleh saluran TV religius yang terkait dengan Mufti Sadek al-Ghariani, pemimpin agama kontroversial negara Afrika Utara yang dilanda perang.
"Jika seorang pemimpin Muslim membuat pernyataan rasis dan permusuhan yang sama tentang Barat seperti yang dilakukan Macron tentang Islam, dia akan dituduh sebagai ekstremis, rasis dan teroris," kata Ghariani.
Baca Juga: Luhut Buat Website Omnibus Setelah Dikritik Cucu, Rocky Gerung: Pasti Berisi Pasal Tak Ada Hubungan
Beberapa kota di Libya telah menyaksikan aksi unjuk rasa oleh para demonstran yang mengacungkan plakat bertuliskan slogan seperti "Nabi adalah garis merah" dan gambar Macron dengan wajah dicoret dengan warna merah.
"Sebagai Muslim, adalah kewajiban kami untuk menghormati semua nabi, jadi kami mengharapkan hal yang sama dari semua agama lain," kata ibu rumah tangga Fatima Mahmoud, 56, yang mengatakan akan menghadiri demonstrasi di Tripoli.***