Rocky Gerung: Ketidakpuasan Publik kepada Jokowi Ibarat Pasangan yang Sudah Tak Percaya, Harus Bubar

- 22 Oktober 2020, 09:17 WIB
Acara Talkshow Mata Najwa episode Satu Tahun Jokowi tayang di Trans 7 dan diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis 22 Oktober 2020.
Acara Talkshow Mata Najwa episode Satu Tahun Jokowi tayang di Trans 7 dan diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis 22 Oktober 2020. /Youtube @Najwa Shihab

ISU BOGOR - Peneliti Perhimpunan dan Demokrasi, Rocky Gerung menyebutkan publik sekarang itu berupaya untuk mencoba menitipkan harapan kepada pemerintah Joko Widodo (Jokowi) di periode kedua ini.

"Tapi tiba-tiba, dibatalkan oleh dua caption (survei kepuasan publik) di koran Kompas kemarin, kepuasan (publik) hilang," kata Rocky Gerung dalam acara talkshow Mata Najwa dengan tema 'Tahun Pertama: Jokowi Sampai Di mana' yang di unggah di akun kanal YouTube, Najwa Shihab pada Kamis 22 Oktober 2020.

Padahal, kata Rocky Gerung yang juga peneliti politik dan filsafat UI ini menyebutkan bulan Agustus 2020, kepuasan publik terhadap Jokowi masih 60 persen.

Baca Juga: Jokowi Dapat Nilai A Minus di Mata Najwa, Rocky Gerung: A Buat Kebohongan, Minus untuk Kejujuran

"Saya baca SRMC (Saiful Mujani Research Consulting) bikin poling kepuasannya 60 persen, sekarang dibawah 50 persen, itu artinya, ini tahun pertama loh (Kepuasan dan kepercayaan publik) sudah hilang," kata Rocky Gerung.

Bahkan, Rocky Gerung mengibaratkan kondisi tersebut semacam pernikahan, dimana pasangan pengantin baru menikah sudah dihadapkan pada masalah hilangnya kepercayaan sehingga harus bubar.

"Itu sama saja malam pertama (pengantin) pasangannya sudah tak percaya, mestinya perkawinan itu bubar," kata Roger begitu biasa disapa Rocky Gerung.

Baca Juga: Di Depan Anak Buah Jokowi, Sujiwo Tejo Skakmat Karni Ilyas Soal ILC TvOne Batal Tayang Minggu Lalu

Meski demikian lanjut Rocky saat ini publik tetap memberikan toleransi dan mendoakan agar tetap bisa lanjut.

"Ada semacam, kalau orang Indonesia bilang, ya mudah-mudahan masih bisa lanjut. Tapi itu adalah situasi psikologis publik, supaya nggak ada kerusuhan mudah-mudahan pak Jokowi masih berlanjut, social dicotact dibawah 50 persen itu," ungkapnya.

Sebelumnya dalam kesempatan yang sama, saat ditanya Najwa Shihab ia juga memberikan nilai A minus terhadap kinerja pemerintahan Jokowi.

"Mau dikasih nilai berapa, setahun pemerintahan Jokowi ini?," tanya Najwa Shihab kepada Rocky Gerung sebagai pembicara pertama dalam diskusi tersebut.

"Saya nilai (Presiden Jokowi) pakai huruf saja ya. Nilainya A minus. A minus itu, A buat kebohongan, minus untuk kejujuran," jawabnya.

Baca Juga: LINK Live Streaming ILC Jam 8 Malam Ini di TvOne, Tema Setahun Jokowi - Ma'ruf, Pandemi hingga Demo

Dalam diskusi tersebut selain Rocky Gerung, hadir pula politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Arya Bima; Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Dany Amrul Ichdan; Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera, Politisi Partai Nasdem Irma Chaniago (lewat sambungan jarak jauh) dan Pakar Hukum Universitas Andalas Feri Amsari.

Lebih lanjut ia menjelaskan, menurutnya masyarakat baik yang mendukung sejak awal maupun oposisi, jika data survei terbaru itu angkanya dibawah 50 persen sudah cukup mengkhawatirkan.

"Kita mau maki-maki, kita mau puji-puji, ya datanya 50 persen (tidak puas) itu, kalau di eropa perdana menterinya itu sudah turun," kata Rocky yang terkenal dengan kalimat-kalimat satire dalam mengkritik pemerintah itu.

Baca Juga: Sujiwo Tejo Semprot Johnny G Plate dan Karni Ilyas soal Blokir Medsos sampai ILC TvOne Batal Tayang

"Tapi itu berangkat dari satu survei," disanggah Najwa Shihab.

Rocky langsung membalasnya, memang survei tersebut pasti bakal banyak bantahan, tapi media ternama yang mensurvei itu adalah sebuah koran pendukung Presiden Jokowi.

"Bahkan, dia (pendukung saja) bikin begitu itu artinya yang lain pasti dibawah kompas, lebih parah lagi itu," katanya.

Saat ditanya Najwa Shihab tentang ukuran nilai A minus itu hanya berangkat dari survei media, Rocky Gerung mempertegas kata hanya itu bukan kualitatif.

"Disitu Kompas itu parameter utama, kompas biasanya itu nggak tahan kalau, ngga kasih applause kepada Presiden, sekarang kompas nggak bisa tutupi lagi fakta yang dia riset itu," jelasnya.

Baca Juga: ILC Dibatalkan, Karni Ilyas Sindir Pemerintah: Dilarang Berkicau, Mati Ketawa Cara Rusia

Menurutnya, jika margin of errornya mengacu kepada survei yang disampaikan sebuah media pendukung pemerintah, pihaknya memberikan margin off errornya segitu.

"Karena di bawah 50 persen loh itu, apalagi yang lain, nah kalau itu, kalau yang lain lebih bagus dari kompas nah artinya itu tadi, A nya bohong, jujurnya yang minus," tuturnya.

Kritikan pedas itu langsung dibalas cepat oleh politisi PDIP Arya Bima yang menyebut itu hanya interpretasi Rocky Gerung. "Itu hanya interpretasi Rocky," kata Arya Bima.

Sementara itu, Tenaga Ahli Utama KSP, Dany Amrul Ichdan menyebutkan secara keseluruhan pihaknya mengajak dalam menilai pemerintah itu harus melihat dari berbagai perspektif tak hanya satu indikator saja.

Baca Juga: Terima PM Jepang, Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Pertama di Masa Pandemi

"Over all variablenya lebih detail, jadi kita bisa dapatkan perspektif yang lebih luas, ada indikator-indikator dari beberapa survei yang mengatakan, bahwa Public Trust pak jokowi juga naik,"

"Sama seperti di satu bulan terakhir, memang dibeberapa bulan permasalahan di awal pandemic memang sempat turun, tapi sekarang dengan komunikasi publik yang baik, dengan permasalahan penanganan Covid-19, sudah baik," katanya.***

Editor: Iyud Walhadi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x