Wow, Begini Cara Perempuan Indonesia Kini Hadapi Ketahanan Pangan Contek Amerika, Masuk di Pesantren

- 16 Oktober 2020, 20:11 WIB
Lahan di pekarangan rumah dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam demi ketahanan pangan. (Lalita Hanief)
Lahan di pekarangan rumah dapat dimanfaatkan untuk bercocok tanam demi ketahanan pangan. (Lalita Hanief) /

ISU BOGOR -Penggerak Pesantren Ekologi Ath-Thaariq, Nissa Wargadipura mengaku melakukan sistem 'Three Sisters' agrikultur yang dimulai di Amerika sebagai contoh menghadapi ketahanan pangan di Indonesia saat ini.

Dikutip IsuBogor.com dari Antara pada Hari Pangan Sedunia, Jumat, 16 Oktober 2020, peran perempuan sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan di Indonesia terutama untuk melestarikan kembali budaya pertanian di akar rumput, seperti yang dilakukan

"Kami berpatokan pada sistem 'Three Sisters' untuk memulihkan, membangun kedaulatan pangan," kata Nissa dalam acara diskusi virtual Solidaritas Perempuan Memperingati Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap 16 Oktober, dipantau dari Jakarta, Jumat.

Baca Juga: Hujan Sebentar, Jakarta Banjir 70 CM di 7 RT dan 19 Ruas Jalan Tergenangan

Three Sisters adalah istilah agrikultur yang dimulai di Amerika merujuk kepada tiga tanaman utama yang ditanam suku asli di Amerika Utara. Sistem itu kemudian coba diterapkan oleh Nissa dengan menanam vegetasi di pesantren yang memberdayakan pertanian di Garut, Jawa Barat.

Dia mencoba membuat kedaulatan pangan di rumahnya dengan mulai menanam kacang-kacangan, labu-labuan dan serealian seperti jagung.

Langkah itu dilakukannya untuk melakukan revolusi meja makan, melawan tren dimana banyak orang yang sekarang terbiasa mengonsumsi makanan instan.

Gaya hidup instan, lanjutnya, merupakan bagian dari sebuah sistem yang membuat banyak perempuan, termasuk di akar rumput, melupakan pengetahuan pengelolaan lingkungan dan pangan yang sebelumnya diwarisi dari antargenerasi perempuan.

Hal yang sama dilakukan juga oleh Herni Saraswati, perempuan petani Desa Banjararum di Yogyakarta yang memulai gerakan kembali ke pertanian alam karena prihatin melihat hak dan peran perempuan mulai dikuasai oleh industri modern.

Halaman:

Editor: Linna Syahrial


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x