Setelah 13 tahun situasi proses politik mulai Timor Leste terus memanas. Bahkan AMP (Aliansi Perubahan untuk Kemajuan) sendiri melupakan rencana untuk menjatuhkan pemerintah dan perdana menteri Taur Matan Ruak.
"Kalau ini dilakukan terus menerus, kita tidak berkontribusi untuk kebaikan masyarakat dan negara, ambisi seperti ini harus dihentikan," imbuhnya.
Menanggapi tudingan tersebut, Ketua Fraksi Partai Demokrat, António da Conceição alias Kalohan salah satu petinggi koalisi kepemimpinan Xanana Gusmao meminta kejujuran parpol dan pemimpin politik lain (Fretilin) untuk mengakui bahwa situasi yang mereka hadapi sejak tahun 2002 sudah tidak sama lagi seperti situasi saat ini.
Baca Juga: Setelah Trump Positif, Klaster Corona Gedung Putih Makin Berbahaya
Kalohan menjelaskan, situasi sulit sekarang bukan hanya terjadi saat ini, tetapi sudah lama terjadi sejak tahun 2017 ketika beberapa pihak berdiri tanpa keyakinan untuk mengakselerasi kepemimpinan pemerintahan ketujuh.
“Realitas inilah yang harus kita ciptakan dampak yang langgeng terhadap sampah saat ini,” jelas Kalohan.
Ia menambahkan, semua deklarasi yang mengutuk pemerintah CNRT dan sekutunya yang menghabiskan dana 14 miliar dan tidak membuahkan hasil adalah pernyataan tidak mengakui kepemimpinan Kay Rala Xanana Gusmao.
Baca Juga: Kenakan Nomor Kramat 7, Cavani Ingin Seperti Legenda Man United Cantona
Kalohan menjelaskan, sebagian besar masyarakat yang tinggal di pelosok yang kini hidup dengan penerangan merupakan hasil pembangunan pada pemerintahan sebelumnya.