Saksi lain menambahkan, semua jendela di pusat kota telah hancur dan banyak orang terluka di jalanan. "Ini kekacauan total," tambahnya. Gubernur Pelabuhan Beirut membuka suara bahwa tim pemadam kebakaran di lokasi itu seolah menghilang setelah ledakan. Tak sedikit orang kemudian berasumsi mengenai penyebab ledakan tersebut.
Namun juru bicara Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Farhan Haq mengatakan, penyebab ledakan belum diketahui secara jelas. "Kami tidak memiliki informasi tentang apa yang telah terjadi secara tepat, apa yang menyebabkan ini, apakah ini tindakan tidak disengaja atau buatan manusia," ujarnya.
Anggota Pentagon Amerika Serikat (AS) pun menyatakan keprihatinannya untuk masyarakat Lebanon yang tengah terluka. "Kami sadar dengan ledakan itu dan prihatin dengan kemungkinan hilangnya nyawa karena ledakan sebesar itu," ujarnya.
Baca Juga: Sempat Ingin Cabut Selang Ventilator saat Dirawat di RS, Kondisi Polo Srimulat Cukup Mengejutkan
Ledakan juga dirasakan oleh warga yang tinggal di sebuah pulau di bagian barat Lebanon, Siprus. Pemerintah AS kemudian segera mengambil tindakan melalui arahan Donald Trump agar melacak ledakan mematikan di Beirut. Hal itu ditegaskan pula oleh juru bicara Gedung Putih, Kayleigh McEnany yang mengatakan kepada sebuah konferensi pers pada Selasa, 4 Agustus 2020.
Menurut laporan televisi lokal, ledakan di salah satu pelabuhan utama Beirut membuat kerusakan parah pada beberapa rumah, termasuk rumah mantan Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri.***