Setiap Tahun Menginfeksi Manusia, Peneliti Sebut Corona bakal Menjadi Flu Biasa

- 14 Juli 2020, 20:33 WIB
ilustrasi Coronavirus
ilustrasi Coronavirus /PIXABAY/

ISU BOGOR - Sejumlah peneliti di London menyebutkan kekebalan tubuh terhadap Covid-19 kemungkinan akan hilang dalam beberapa bulan. Namun ada juga peneliti yang menemukan bahwa Covid-19 akan seperti flu biasa, dimana virus dapat menginfeksi manusia setiap tahunnya.

Temuan-temuan terssebut dilakukan para peneliti yang sedang mempelajari terkait kekebalan tubuh pada lebih dari 90 pasien terkonfirmasi positif Covid-19.

Dikutip IsuBogor.com dari Pikiran-Rakyat.com, hal tersebut merongrong gagasan mengenai kekebalan kawanan yang bisa menjadi salah satu cara untuk mengalahkan virus.

Baca Juga: Persatuan Rumah Sakit Indonesia Setuju, Paling Mahal Rapid Test Mandiri Rp150 Ribu  

Dikabarkan Daily Mail, ilmuwan dari King's Collage London mengamati respons kekebalan tubuh lebih dari 90 pasien dan petugas kesehatan di Yayasan NHS milik Guy dan St. Thomas.

Mereka menemukan tingkat antibodi meninggi tiga minggu setelah gejala dan kemudian berangsur turun. Tes darah mengungkapkan bahwa sementara 60 persen orang menyusun tanggapan antibodi 'kuat' pada puncak pertempuran mereka dengan virus, dan hanya 17 persen yang mempertahankan potensi yang sama dalam 3 bulan.

Tingkat antibodi turun sebanyak 23 kali lipat selama periode tersebut. Dalam beberapa kasus, mereka menjadi tidak terdeteksi. "Orang-orang menghasilkan tanggapan antibodi yang masuk akan terhadap virus, tetapi berkurang dalam waktu singkat dan tergantung pada seberapa tinggi puncak (kondisi) Anda, yang menentukan berapa lama antibodi bertahan," tutur penulis utama dr. Katie Doores, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com.

Baca Juga: Warga Bogor Minta Pemkot Gencar Sosialisasikan Denda Tak Bermasker

Hal tersebut dapat diartikan bahwa antibodi tertinggi dan bertahan paling lama timbul pada pasien yang memiliki kasus paling parah. Studi ini memiliki implikasi untuk pengembangan vaksin, dan untuk mengejar 'kekebalan kawanan' di masyarakat dari waktu ke waktu.

Antibodi memiliki banyak cara untuk melawan virus corona tetapi jika sistem kekebalan adalah garis pertahanan utama, temuan ini mengatakan orang-orang dapat terinfeksi kembali dalam gelombang musiman dan bahwa vaksin mungkin tidak melindunginya dalam waktu lama.

Ini juga berarti perlindungan dari vaksin mungkin tidak tahan lama dan mungkin perlu diformulasikan ulang setiap tahunnya. Namun, masih ada kemungkinan bahwa bahkan jika tingkat antibodi menurun, tubuh dapat melawan virus untuk kedua kalinya menggunakan sel-T.

Baca Juga: Mulai 27 Juli,Tak Kenakan Masker di Bogor Bakal Kena Sanksi Denda Rp150 Ribu

Klaim tersebut keluar, setelah penelitian lain menemukan lebih dari setengah pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit diberikan pemindaian jantung di seluruh dunia dan ditemukan adanya kelainan

Sekitar 55 persen dari 1.261 pasien di 69 negara mengalami perubahan abnormal terhadap cara jantung mereka ketika memompa, dengan sekitar satu dari tujuh menunjukkan bukti disfungsi parah.

Mayoritas pasien sebelumnya belum pernah didiagnosis dengan masalah jantung. Hal tersebut membuat para ilmuwan menyimpulkan jika Covid-19 dapat mempengaruhi jantung secara serius.

Baca Juga: Persatuan Rumah Sakit Indonesia Setuju, Paling Mahal Rapid Test Mandiri Rp150 Ribu  

Studi King's College adalah yang pertama kali memantau tingkat antibodi pada pasien dan pekerja rumah sakit selama tiga bulan setelah gejala muncul.

Prof Robin Shattock dari Imperial College London mengatakan vaksin bersaing yang dikembangkan oleh kelompoknya dapat tersedia pada paruh pertama tahun depan jika uji klinis berjalan dengan baik.

Namun dia mengingatkan tidak ada kepastian bahwa vaksin apa pun dalam pengembangan akan berfungsi, dan mengatakan masih belum jelas jenis respon imun apa yang diperlukan untuk mencegah infeksi.

Baca Juga: Manajemen ASN Baik, Pemkot Bogor Diganjar Penghargaan oleh KASN

Prof Stuart Neil yang merupakan rekan dari penulis, mengungkapkan ada empat jenis virus corona lain dalam sirkulasi luas, yang menyebabkan flu biasa. "Satu hal yang kita ketahui tentang virus corona ini adalah orang dapat terinfeksi ulang cukup sering," kata Prof Stuart Neil, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman The Guardian.

"Apa yang harus berarti adalah bahwa kekebalan-kekebalan yang dihasilkan orang tidak bertahan lama. Sepertinya Sars-Cov-2, virus yang menyebabkan Covid-19, mungkin juga jatuh ke dalam pola itu," tuturnya.***

Editor: Iyud Walhadi

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah